Warga Korea Selatan Hilang di Kamboja, Jebakan Pusat Penipuan Picu Krisis

Warga Korea Selatan hilang
0 0
Read Time:3 Minute, 46 Second

Retconomynow.com – 14 Oktober 2025 – Sebuah krisis kemanusiaan dan diplomatik yang mengkhawatirkan kini membayangi hubungan Korea Selatan dan Kamboja. Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkap fakta mengejutkan bahwa sedikitnya 80 warganya hingga kini tidak diketahui keberadaannya di Kamboja. Mereka diduga kuat menjadi korban penculikan dan kerja paksa yang terkait dengan sindikat pusat penipuan (scam center) yang beroperasi di negara tersebut. Situasi darurat ini memicu respons cepat dari pemerintah Korea Selatan setelah lonjakan drastis kasus warga Korea Selatan hilang memicu kepanikan dan kemarahan publik.

Lonjakan Drastis Kasus Warga Korea Selatan Hilang

Data yang diungkap oleh pemerintah menunjukkan sebuah tren eskalasi yang sangat membahayakan. Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri memaparkan bahwa antara Januari hingga Agustus tahun ini saja, ada 330 laporan mengenai warga Korea Selatan yang hilang atau ditahan di luar kehendak mereka setelah memasuki Kamboja. “Hingga Agustus, keselamatan sekitar 80 orang belum berhasil kami verifikasi,” ujar pejabat tersebut.

Angka ini menjadi lebih mengerikan jika dilihat dalam konteks tahun-tahun sebelumnya. Anggota parlemen Yoon Hu-duk, dalam sebuah sidang parlemen, membeberkan data yang lebih rinci. Pada tahun 2023, tercatat “hanya” 21 kasus penculikan atau penahanan yang melibatkan warga Korea Selatan di Kamboja. Namun, angka tersebut melonjak lebih dari sepuluh kali lipat menjadi 221 kasus pada tahun lalu. Tahun ini, trennya bahkan meningkat hingga 15 kali lipat jika dibandingkan dengan data awal. Lonjakan eksponensial ini menandakan bahwa sindikat kriminal di Kamboja semakin agresif dan menjadikan warga Korea Selatan sebagai target utama mereka.

Modus Operandi Jebakan Pekerjaan Palsu Bergaji Tinggi

Bagaimana ratusan warga negara maju seperti Korea Selatan bisa terperangkap? Jawabannya terletak pada modus operandi yang licik dan sangat meyakinkan. Pemerintah Korea Selatan menyatakan bahwa sindikat ini menjebak banyak korban dengan tawaran pekerjaan palsu. Mereka mengiming-imingi para pencari kerja dengan janji gaji tinggi untuk posisi di bidang teknologi, layanan pelanggan, atau pemasaran digital di Kamboja.

Tawaran ini seringkali disebar melalui media sosial atau platform rekrutmen daring yang terlihat profesional. Para korban yang tergiur, terutama kaum muda yang mencari peluang, kemudian terbang ke Kamboja. Akan tetapi, setibanya di sana, paspor dan alat komunikasi mereka langsung disita. Mereka kemudian dipaksa bekerja sebagai operator penipuan daring, seringkali dengan target yang tidak manusiawi dan di bawah ancaman kekerasan fisik. Inilah awal mula mimpi buruk yang dialami para korban warga Korea Selatan hilang ini.

Tragedi Kematian di Balik Kasus Warga Korea Selatan Hilang

Krisis ini mencapai titik didih dan menjadi sorotan utama media nasional setelah terjadinya sebuah tragedi memilukan. Baru-baru ini, seorang mahasiswa Korea Selatan dilaporkan meninggal dunia di Kamboja. Laporan menyebutkan bahwa ia diculik dan mengalami penyiksaan berat di tangan komplotan kriminal lokal yang terkait dengan pusat penipuan. Kematian tragis ini mengejutkan seluruh negeri dan menjadi tamparan keras bagi pemerintah. Kasus ini bukan lagi sekadar soal penipuan, tetapi telah berkembang menjadi kasus kekerasan ekstrem dan perampasan nyawa. Kemarahan publik pun meledak, menuntut pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih tegas dan nyata.

Respons Pemerintah Atas Krisis Warga Korea Selatan Hilang

Merespons tekanan publik yang masif, pemerintah Korea Selatan segera bergerak. Presiden Lee Jae Myung, dalam sebuah rapat kabinet pada hari Selasa, menyatakan bahwa insiden penculikan di Kamboja telah menyebabkan “kerugian yang signifikan bagi warga Korea Selatan.” Ia mengakui bahwa jumlah korban tidak sedikit dan banyak warga yang khawatir akan nasib anggota keluarga dan teman mereka.

“Pemerintah harus segera menerapkan semua langkah yang tersedia untuk menjamin keselamatan warga negara kami,” tegas Presiden Lee. Sebagai tindak lanjut, Kantor Kepresidenan mengumumkan akan mengirimkan tim tanggap gabungan ke Kamboja pada hari Rabu. Tim elite ini dipimpin langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri Kedua, menunjukkan betapa seriusnya pemerintah menangani isu ini. Selain itu, pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tingkat imbauan perjalanan ke Kamboja, sebuah langkah yang dapat berdampak signifikan pada hubungan bilateral kedua negara.

Kamboja sebagai Sarang Pusat Penipuan Global

Fenomena pusat penipuan bukanlah masalah baru dan tidak hanya terjadi di Kamboja. Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah negara di Asia Tenggara telah menjadi basis operasi bagi sindikat kejahatan transnasional. Mereka memanfaatkan celah hukum, korupsi, dan situasi ekonomi lokal untuk membangun “pabrik penipuan” berskala besar. Para pekerja yang mereka eksploitasi seringkali berasal dari berbagai negara, termasuk Tiongkok, Taiwan, Malaysia, dan kini semakin banyak dari Korea Selatan.

Sindikat ini seringkali dilindungi oleh oknum-oknum kuat, membuat upaya penegakan hukum menjadi sangat sulit. Kasus yang menimpa ratusan warga Korea Selatan hilang ini menjadi bukti nyata bahwa masalah pusat penipuan telah berevolusi menjadi krisis keamanan regional yang memerlukan kerja sama internasional yang lebih kuat. Langkah yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan diharapkan dapat menjadi pemicu bagi negara-negara lain untuk bertindak lebih tegas dalam melindungi warganya dari ancaman serupa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %