Puskesmas Pango Raya Dikeluhkan Warga, Wali Kota Sidak dan Temukan Pintu Terkunci

Puskesmas Pango Raya
0 0
Read Time:3 Minute, 50 Second

Retconomynow.com – 18 Oktober 2025 – Keluhan warga mengenai jadwal buka yang tidak menentu dan stok obat yang sering kosong di Puskesmas Pango Raya akhirnya mendapat respons tegas. Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, turun langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke fasilitas kesehatan tersebut pada Kamis (16/10) pagi. Faktanya, apa yang ia temukan di lapangan membenarkan semua keresahan masyarakat. Pintu puskesmas pembantu (pustu) yang seharusnya menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan itu terkunci rapat, jauh melewati jam operasional yang seharusnya.

Sidak yang Membuktikan Keluhan: Pintu Terkunci di Jam Pelayanan

BACA JUGA : Kesiapan Tenaga Medis: Garda Terdepan di Tengah Pandemi yang Tak Kunjung Usai

Berdasarkan laporan yang masuk dari masyarakat, Wali Kota Illiza beserta rombongan tiba di lokasi Puskesmas Pango Raya di Kecamatan Ulee Kareng sekitar pukul 08.30 WIB. Namun, alih-alih disambut oleh aktivitas pelayanan, mereka justru dihadapkan pada pintu yang terkunci dan suasana yang sepi. Illiza dan rombongannya menunggu di lokasi selama sekitar 30 menit, namun tidak ada tanda-tanda petugas akan datang.

Padahal, di pintu depan Pustu, sebuah jadwal pelayanan terpampang jelas. Jadwal itu menyatakan bahwa pelayanan buka mulai pukul 08.15 WIB setiap hari, kecuali hari Minggu. Temuan ini secara langsung mengonfirmasi laporan warga bahwa puskesmas tersebut seringkali tutup tanpa alasan yang jelas pada jam-jam krusial. “Laporan masyarakat ternyata memang benar adanya. Sekarang jam 8.30 WIB masih tutup. Padahal ini adalah unit layanan dasar, ujung tombak pelayanan kesehatan,” kata Illiza dengan nada kecewa di lokasi.

Dua Masalah Utama: Jadwal Tak Menentu dan Stok Obat Terbatas

BACA JUGA : 6 Makanan Perusak Ginjal yang Wajib Anda Waspadai Setiap Hari

Dalam sidaknya, Illiza tidak hanya menyoroti masalah jam operasional. Ia juga menegaskan bahwa keluhan warga mencakup masalah fundamental lainnya, yaitu ketersediaan obat. Menurut laporan, Pustu Pango Raya seringkali kehabisan stok obat-obatan esensial untuk pertolongan pertama. Akibatnya, warga yang datang untuk berobat seringkali harus pulang dengan tangan hampa atau dirujuk ke tempat lain.

“Selain kadang buka, kadang tutup, masyarakat juga mengeluhkan stok obat yang terbatas di sini,” jelas Illiza. Dua masalah ini, jika digabungkan, menciptakan sebuah problem pelayanan publik yang sangat serius. Bayangkan, warga yang sakit sudah bersusah payah datang, namun mendapati pintu terkunci. Kalaupun beruntung mendapati puskesmas buka, obat yang mereka butuhkan justru tidak tersedia.

Akar Masalah: Kekurangan Tenaga dan Instruksi Tegas Wali Kota

Untuk mencari tahu akar permasalahannya, Illiza tidak berhenti di Pustu. Setelah itu, ia langsung mendatangi Puskesmas Induk Ulee Kareng yang berjarak hanya sekitar 500 meter. Di sana, ia meminta penjelasan dari kepala puskesmas. Ternyata, ia mendapat penjelasan bahwa tenaga kesehatan yang menjadi penanggung jawab tunggal di Puskesmas Pango Raya sedang dalam kondisi sakit-sakitan, yang menyebabkan pelayanan sering terganggu.

Mengetahui hal ini, Illiza tidak bisa menerima alasan tersebut sebagai pembenaran. Menurutnya, masalah personal satu orang tidak boleh melumpuhkan satu unit pelayanan publik. Oleh karena itu, ia langsung memberikan instruksi tegas kepada Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Banda Aceh. Pertama, ia meminta agar segera ada penambahan tenaga kesehatan di Pustu tersebut, dengan memprioritaskan alokasi dari formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Kedua, ia memerintahkan Kadinkes untuk melakukan audit dan memastikan semua unit pelayanan kesehatan di seluruh Banda Aceh beroperasi sesuai jadwal. “Saya minta Kadinkes untuk memastikan semua unit pelayanan kesehatan di Banda Aceh agar beroperasional sesuai jadwal yang telah ditentukan,” ujar Illiza. “Juga stok obat untuk penanggulangan pertama selalu tersedia,” tegasnya.

Komitmen pada Pelayanan Publik: “Kota Ini Milik Masyarakat”

BACA JUGA : Pemicu Kanker Lambung: Kenali 7 Faktor Risiko Utamanya

Insiden di Puskesmas Pango Raya menjadi momentum bagi Illiza untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap pelayanan publik. Sebagai pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat, ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan hak-hak dasar warganya, terutama di bidang kesehatan, terpenuhi tanpa kompromi.

“Saya dipilih oleh masyarakat, dan kota ini adalah milik masyarakat,” lanjutnya. “Sudah menjadi tugas saya untuk memastikan pelayanan dasar terutama kesehatan dapat diakses dengan baik oleh seluruh masyarakat.” Pernyataan ini menjadi sebuah pesan kuat kepada seluruh jajaran birokrasi di Banda Aceh. Pesan bahwa tidak ada tempat bagi kelalaian dalam melayani publik. Sidak ini bukan hanya tentang satu puskesmas, melainkan tentang standar pelayanan yang harus ditegakkan di seluruh kota.

Harapan Warga dan Pengawasan di Masa Depan

Pada akhirnya, tindakan cepat Wali Kota Illiza memberikan secercah harapan bagi warga Pango Raya dan sekitarnya. Mereka berharap instruksi yang telah diberikan dapat segera dieksekusi, sehingga Pustu bisa kembali berfungsi normal dengan jadwal yang pasti dan ketersediaan obat yang memadai. Kasus ini menjadi contoh nyata betapa pentingnya peran aktif masyarakat dalam mengawasi layanan publik dan keberanian seorang pemimpin untuk merespons laporan tersebut secara langsung. Kini, publik akan terus mengawasi apakah akan ada perbaikan nyata di Puskesmas Pango Raya dalam beberapa waktu ke depan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %