Tak Hanya Indonesia, Ini 6 Negara dengan Kereta Cepat Berteknologi Canggih

Negara dengan Kereta Cepat
0 0
Read Time:4 Minute, 58 Second

Retconomynow.com – (7 November 2025) — Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh kembali menarik perhatian publik. Sorotan kali ini tertuju pada struktur utangnya yang mencapai US$7,2 miliar (setara Rp120,2 triliun). Angka ini sudah termasuk pembengkakan biaya (*cost overrun*) sebesar US$1,21 miliar atau sekitar Rp20,2 triliun dari nilai investasi awal. Meskipun demikian, Indonesia kini telah resmi masuk dalam jajaran elite negara dengan kereta cepat.

Pinjaman dari China Development Bank (CDB) membiayai mayoritas proyek ini (75 persen), dengan 25 persen sisanya berasal dari modal pemegang saham, tanpa menggunakan APBN. Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini angkat bicara mengenai tumpukan utang Whoosh. Ia menegaskan bahwa pemerintahannya siap bertanggung jawab. Ia juga menilai publik jangan memandang transportasi publik dari kacamata untung-rugi semata, melainkan dari manfaatnya bagi masyarakat.

“Kemudian enggak usah khawatir apa itu ribut-ribut Whoosh, saya sudah pelajari masalahnya… saya tanggung jawab nanti Whoosh itu semuanya,” kata Prabowo di Jakarta, Selasa (4/11).

Kehadiran Whoosh, yang mampu melaju hingga 350 km/jam, memang menempatkan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki moda transportasi ini. Namun, Indonesia bukanlah satu-satunya. Terdapat banyak negara dengan kereta cepat lainnya yang telah lebih dulu mengembangkan teknologi ini dengan biaya investasi yang juga fantastis. Berikut adalah enam negara lain yang menjadi pemain utama dalam teknologi kereta cepat global.

1. Tiongkok: Raja Kereta Cpat Dunia

Saat berbicara tentang kereta cepat, Tiongkok kini berada di liga yang berbeda. Negara ini mengoperasikan tiga jenis kereta super cepat yang dominan. Pertama adalah Shanghai Maglev, yang menggunakan teknologi levitasi magnetik. Kereta ini beroperasi sejak April 2004 di jalur 30,5 km, menghubungkan Stasiun Jalan Longyang ke Bandara Internasional Pudong Shanghai. Shanghai Maglev memegang rekor kecepatan operasional tertinggi di dunia, mencapai 460 km/jam.

Kedua dan ketiga adalah kereta konvensional, Harmoni CR dan Fuxing CR. Keduanya beroperasi dengan kecepatan maksimum 350 km/jam, setara dengan Whoosh. Namun, Fuxing CR pernah mencatatkan rekor kecepatan uji coba hingga 420 km/jam.

Ambisi Tiongkok tidak berhenti di situ. Negara ini memiliki jaringan rel kereta cepat terpanjang di dunia, mencapai 48.000 km pada tahun 2024. Melansir The State Council The People’s Republic of China, Tiongkok berencana memperpanjang jaringan ini hingga 60.000 km pada tahun 2030. Besarnya jaringan ini tentu sebanding dengan biayanya. Bank Dunia mencatat rata-rata biaya proyek kereta cepat di Tiongkok berkisar US$17 juta hingga US$21 juta (Rp283,8 miliar – Rp350,5 miliar) per kilometer.

2. Jepang: Sang Pelopor Ikonis, Shinkansen

Jepang adalah negara yang mempopulerkan konsep kereta cepat ke seluruh dunia melalui Shinkansen, atau “kereta peluru”. Shinkansen pertama kali beroperasi pada tahun 1964, tepat pada waktunya untuk Olimpiade Tokyo. Jalur pertama (Tokaido Shinkansen) membentang 515 km menghubungkan Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Proyek monumental ini menelan biaya JP¥380 miliar (setara Rp41,28 triliun) pada saat itu.

Saat ini, Shinkansen beroperasi dengan kecepatan maksimum 320 km/jam dan pernah mencatat rekor uji coba 443 km/jam. Jaringan relnya kini membentang lebih dari 3.000 km, menghubungkan hampir semua pulau utama Jepang. Shinkansen tidak hanya terkenal karena kecepatannya, tetapi juga karena rekor ketepatan waktu dan keamanannya yang nyaris sempurna selama puluhan tahun. Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan kereta cepat paling ikonik di dunia.

3. Jerman: Efisiensi Khas Eropa dengan ICE 3

Di benua Eropa, Jerman menjadi salah satu pemain utama. Mereka memiliki Intercity-Express 3, atau lebih dikenal sebagai ICE 3. Kereta cepat ini mulai beroperasi sejak tahun 1991 dan kini menjadi tulang punggung transportasi antar kota di Jerman. ICE 3 mampu melaju dengan kecepatan maksimum 320 km/jam dan pernah mencatatkan rekor kecepatan 368 km/jam.

Biaya pembangunan infrastruktur di Eropa terkenal sangat tinggi. Sebuah artikel jurnal tentang perkeretaapian Eropa pada 2005 mencatat bahwa biaya pembangunan proyek ICE 3 berkisar antara 15 juta hingga 28,8 juta euro per kilometer. Jika kita konversikan, angka ini bisa mencapai Rp553,91 miliar per kilometer, menunjukkan betapa besarnya investasi yang diperlukan untuk infrastruktur presisi tinggi di Eropa.

4. Spanyol: Jaringan Terpanjang di Eropa (AVE)

Meskipun Jerman terkenal dengan teknologinya, Spanyol adalah negara dengan kereta cepat yang memiliki jaringan terpanjang di Eropa. Layanan mereka, yang bernama Alta Velocidad Española (AVE), mampu melaju dengan kecepatan 310 km/jam dan memegang rekor kecepatan 403 km/jam. Layanan AVE pertama kali beroperasi pada tahun 1992, menghubungkan Madrid, Cordoba, dan Seville.

Kini, jalur utamanya sepanjang 621 km menghubungkan dua kota terbesar di Spanyol, Madrid dan Barcelona. Pembangunan jalur ini secara drastis memangkas waktu tempuh antar kedua kota dan menjadi pesaing serius bagi maskapai penerbangan domestik. Global Railway Review mencatat biaya pembangunan proyek AVE rata-rata 17,7 juta euro (Rp340,42 miliar) per kilometer.

5. Arab Saudi: Konektivitas di Jantung Timur Tengah

Arab Saudi juga telah memasuki era kereta cepat dengan proyek ambisius Haramain High Speed Railway (HHR). Kereta ini menghubungkan dua kota suci, Makkah dan Madinah, melalui Jeddah dan King Abdullah Economic City. Dengan jalur sepanjang 449 km, proyek ini menelan biaya total US$16 miliar (Rp266,8 triliun).

Angka fantastis tersebut, menurut Oxford Business Group, menjadikan HHR sebagai proyek kereta api terbesar dalam sejarah Timur Tengah. Tidak berhenti di situ, Arab Saudi baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membangun jalur baru sepanjang 1.500 km yang menghubungkan Jeddah dengan Dammam via Riyadh, dengan perkiraan biaya US$7 miliar (Rp116,72 triliun).

6. Korea Selatan: Efisiensi KTX

Korea Selatan (Korsel) juga merupakan pemain penting di Asia. Negara ini memiliki kereta berkecepatan tinggi bernama KTX (Korea Train Express). Pemerintah memulai pembangunan proyek KTX sejak 1992 dan kereta ini mulai beroperasi penuh pada April 2004.

Dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam, rute KTX pertama secara efisien menghubungkan ibu kota, Seoul, dengan kota pelabuhan utama, Busan. Jaringan KTX kini telah menjangkau kota-kota besar lainnya seperti Daegu, Gyeongju, dan Jinju. Uniknya, selain KTX yang dioperasikan oleh perusahaan negara (Korail), ada juga perusahaan swasta SR Corporation yang mengoperasikan kereta cepat SRT dengan rute serupa. Biaya proyek kereta cepat di Korea Selatan bervariasi, namun diperkirakan berkisar antara US$10 juta hingga US$20 juta per kilometer.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %