Retconomynow.com – Jakarta, 6 Desember 2025 — Gejolak geopolitik, terutama di sekitar Selat Taiwan dan Laut China Selatan, telah memicu perdebatan serius di kalangan analis militer dan pertahanan global. Pertanyaan mendasar mencuat: seberapa siap Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok untuk melancarkan operasi militer skala besar melawan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya? Militer China Siap Perang kini bukan lagi sekadar retorika internal, tetapi sebuah realitas yang harus kekuatan Barat perhitungkan.
Para ahli keamanan internasional mengidentifikasi enam bukti utama yang menunjukkan peningkatan kapabilitas PLA. Kapabilitas ini memungkinkan mereka mengubah keseimbangan kekuatan di Pasifik. Peningkatan ini didukung oleh investasi pertahanan yang masif dan strategi modernisasi yang agresif.
Enam Bukti Utama Kesiapan Militer China Siap Perang Lawan AS
1. Industri Pertahanan yang Masif dan Produksi Kapal Cepat
Tiongkok memiliki kapasitas industri pertahanan yang tidak tertandingi secara volume. Mereka telah menjadi produsen kapal perang terbesar di dunia.
- Kecepatan Manufaktur: Kapal Angkatan Laut PLA (PLAN) dapat Tiongkok produksi dengan kecepatan yang luar biasa. Mereka mampu membuat kapal perusak dan fregat baru lebih cepat daripada yang dapat AS buat. Kapasitas produksi masal ini memungkinkan Tiongkok mengganti kerugian dengan cepat. Hal ini sangat penting dalam potensi konflik jangka panjang.
- Teknologi Domestik: Industri Tiongkok semakin mampu memproduksi hampir semua komponen militer secara domestik. Ketergantungan pada pasokan luar negeri berkurang drastis. Oleh karena itu, hal ini memberikan Tiongkok ketahanan rantai pasok yang vital saat perang terjadi.
2. Modernisasi Nuklir dan Rudal Hipersonik
Tiongkok secara signifikan memodernisasi dan memperluas gudang senjata nuklirnya. Mereka berupaya mencapai paritas strategis dengan AS dan Rusia.
- Peningkatan Hulu Ledak: Tiongkok secara konsisten meningkatkan jumlah hulu ledak nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM) mereka. Ini memperkuat kemampuan deterrence (pencegahan) strategis mereka.
- Rudal Hipersonik: Tiongkok memimpin dalam pengembangan rudal hipersonik. Rudal ini memiliki kemampuan bermanuver dan terbang dengan kecepatan Mach 5 atau lebih. Jelasnya, rudal ini sangat sulit dideteksi dan dicegat oleh sistem pertahanan rudal AS saat ini. Senjata ini menjadi kunci strategis melawan kapal induk AS.
3. Dominasi di Domain Non-Kinetic
Kesiapan Militer China Siap Perang tidak hanya terlihat dari perangkat keras. Mereka juga fokus pada domain non-kinetik: siber, ruang angkasa, dan perang elektronik.
- Kemampuan Siber: Tiongkok memiliki unit siber yang besar. Unit ini memiliki kemampuan melumpuhkan infrastruktur sipil dan militer lawan (komunikasi, jaringan listrik, dan sistem keuangan) pada tahap awal konflik.
- Perang Elektronik (EW): PLA telah mengembangkan kemampuan EW untuk mengganggu komunikasi, navigasi, dan radar musuh di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Kemampuan ini menjadi kunci untuk memenangkan pertempuran di ruang udara dan laut.
4. Doktrin Anti-Akses/Area Denial (A2/AD)
Tiongkok telah membangun gelembung pertahanan Anti-Access/Area Denial (A2/AD) di sekitar wilayah pesisirnya. Doktrin ini bertujuan mencegah intervensi AS dalam konflik regional.
- Rantai Pulau: Doktrin A2/AD didukung oleh rudal anti-kapal jarak jauh, termasuk “pembunuh kapal induk” DF-21D. Rudal ini dapat menargetkan kapal-kapal AS dan sekutu dari daratan Tiongkok. Maka dari itu, AS harus berpikir dua kali sebelum mengerahkan kapal induk ke dekat Taiwan.
- Jangkauan Luas: Zona A2/AD Tiongkok terus meluas. Zona ini mencakup Laut China Selatan, menjadikannya wilayah yang sangat berbahaya bagi kapal perang asing.
5. Peningkatan Kapabilitas Amfibi untuk Kontingensi Taiwan
Tiongkok secara masif meningkatkan kemampuan operasi amfibi mereka. Peningkatan ini merupakan persiapan jelas untuk skenario invasi Taiwan.
- Armada Pendaratan: PLA telah menambah jumlah kapal pendarat (landing ships) dan mengembangkan kapal serbu amfibi besar. Selain itu, mereka melatih ribuan pasukan untuk operasi pendaratan di pantai yang kompleks.
- Infrastruktur Sipil-Militer: Tiongkok mengintegrasikan aset sipil (ferry dan kapal kargo) ke dalam rencana invasi. Integrasi ini akan meningkatkan kapasitas angkut pasukan dan logistik secara besar-besaran.
6. Kekuatan Integrasi Sipil-Militer
Tiongkok menjalankan strategi integrasi militer-sipil (Military-Civil Fusion atau MCF) yang unik. Strategi ini memungkinkan PLA memanfaatkan teknologi, talenta, dan sumber daya dari sektor swasta dan akademik. Akibatnya, inovasi di bidang AI, kuantum, dan bioteknologi dapat segera PLA aplikasikan. Ini memberikan keunggulan teknologi yang cepat.
Tantangan dan Implikasi Global Kesiapan Militer China
Meskipun Tiongkok menunjukkan kesiapan tempur yang tinggi, Militer China Siap Perang juga menghadapi tantangan besar. Tantangan ini termasuk kurangnya pengalaman tempur yang nyata (combat experience) dan kerumitan logistik pengerahan pasukan amfibi skala besar. Namun demikian, perkembangan Tiongkok telah memaksa AS dan sekutunya, termasuk Jepang dan Australia, untuk mengubah strategi pertahanan mereka di Pasifik.
