Jet China Tembakkan Suar, Australia Protes Keras Aksi Berbahaya di Laut China Selatan

jet China tembakkan suar
0 0
Read Time:3 Minute, 56 Second

Retconomynow.com – 20 Oktober 2025 – Ketegangan di Laut China Selatan kembali memanas secara dramatis. Pemerintah Australia hari ini melayangkan protes diplomatik keras kepada Beijing. Protes ini menyusul sebuah insiden berbahaya. Sebuah jet China tembakkan suar secara agresif di dekat pesawat mata-mata Australia. Peristiwa ini, yang Canberra sebut sebagai tindakan “tidak aman dan tidak profesional”, menambah panjang daftar konfrontasi udara. Akibatnya, insiden ini berpotensi memicu eskalasi konflik di salah satu jalur perairan paling strategis di dunia.

Kronologi Insiden Berbahaya di Udara Internasional

BACA JUGA : Gelombang Protes “No Kings” Guncang Amerika, 7 Juta Orang Turun ke Jalan

Meskipun Canberra tidak merinci waktu pasti kejadiannya, detail insiden ini cukup untuk menggambarkan betapa berbahayanya situasi tersebut. Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, menjelaskan bahwa sebuah pesawat patroli maritim P-8 Poseidon milik RAAF sedang menjalankan misi rutin. Misi ini berlangsung di atas perairan internasional. Saat itulah, sebuah jet tempur Su-35 milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mendekat dengan agresif.

Jet tempur China tersebut tidak hanya melakukan pencegatan biasa. Justru, pilotnya kemudian menembakkan sejumlah suar (flares). Bahkan, dua di antaranya melesat sangat dekat dengan pesawat P-8 Australia. Suar adalah proyektil piroteknik yang mengeluarkan panas dan cahaya sangat tinggi. Pilot biasanya menggunakannya untuk mengelabui rudal pencari panas. Dengan demikian, menembakkannya di dekat pesawat lain memiliki risiko katastropik. Jika suar tersebut tersedot ke dalam mesin jet, hal itu dapat menyebabkan kerusakan mesin yang fatal.

“Tidak ada kerusakan yang terjadi, tetapi itu berbahaya dan tidak aman,” kata Marles. “Dan secara inheren, hasilnya bisa saja sangat berbeda,” tambahnya. Artinya, ia mengisyaratkan bahwa bencana nyaris saja terjadi. Meskipun ia tidak bersedia mengatakan seberapa dekat jarak suar tersebut, ia memuji profesionalisme awak Australia. Mereka mampu merespons dengan cepat untuk menjaga keselamatan pesawat.

Protes Diplomatik dan Penegasan Kedaulatan

BACA JUGA : Rekonsiliasi 5 Abad: Raja Charles Akan Berdoa Bersama Paus di Vatikan

Pemerintah Australia merespons insiden ini dengan sangat serius. Oleh karena itu, mereka tidak hanya mengeluarkan pernyataan publik. Pemerintah Australia juga secara resmi mengajukan keberatan diplomatik kepada pemerintah China. Mereka menyampaikan protes ini melalui kedutaan besar China di Canberra dan kedutaan besar Australia di Beijing. Tujuannya adalah untuk menuntut penjelasan. Selain itu, mereka ingin memastikan insiden serupa tidak terulang kembali.

Marles menegaskan bahwa Australia tidak akan terintimidasi. Faktanya, ia menyatakan bahwa Pasukan Pertahanan Australia (ADF) akan terus beroperasi di wilayah tersebut sesuai dengan hukum internasional. “Kami akan terus mengoperasikan pasukan pertahanan kami dengan cara yang menegaskan tatanan berbasis aturan,” ujarnya. Pada akhirnya, ia menekankan, keselamatan personel militer Australia akan selalu menjadi prioritas utama.

Bukan Insiden Pertama: Pola Agresivitas Militer China

BACA JUGA : Palestina Luncurkan Rencana Rekonstruksi Gaza Senilai Rp1.111 Triliun

Insiden jet China tembakkan suar ini bukanlah sebuah anomali. Sebaliknya, ini adalah bagian dari pola perilaku agresif yang semakin sering militer China tunjukkan. Perilaku ini mereka arahkan terhadap pesawat dan kapal militer negara lain di kawasan tersebut. Dalam beberapa waktu terakhir, ADF telah mengalami serangkaian pertemuan berbahaya lainnya.

Sebelumnya, militer China juga pernah melepaskan chaff. Chaff adalah potongan-potongan kecil aluminium untuk mengganggu radar. Mereka melepaskannya di dekat pesawat Australia. Lebih lanjut, dalam sebuah insiden yang sangat berbahaya di laut, sebuah kapal perang China menyebarkan sonar aktif. Tindakan ini mereka lakukan ketika para penyelam Angkatan Laut Australia sedang berada di dalam air. Tindakan ini berisiko menyebabkan kerusakan pendengaran permanen bagi para penyelam.

Menganalisis Motif di Balik Manuver Berbahaya: Taktik Zona Abu-abu

BACA JUGA : Biaya Visa H-1B Picu Kepanikan, Warga India Jadi Target Sabotase Daring

Para analis militer sepakat bahwa serangkaian tindakan ini adalah bagian dari strategi yang lebih besar. China secara sistematis mencoba untuk memaksa Australia dan negara-negara Barat lainnya keluar dari Laut China Selatan. Para ahli mengenal tindakan-tindakan ini sebagai taktik zona abu-abu (gray-zone tactics). China merancangnya agar terlihat agresif dan mengintimidasi. Akan tetapi, tindakan ini berada tipis di bawah ambang batas yang dapat dianggap sebagai tindakan perang.

Lebih dari itu, China juga merasa frustrasi dengan meningkatnya aktivitas militer Australia di kawasan tersebut. Australia semakin sering melakukan operasi gabungan dan latihan perang. Apalagi, latihan ini melibatkan semakin banyak mitra internasional, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Filipina. Bagi Beijing, mereka melihat kehadiran militer gabungan ini sebagai upaya untuk mengepung pengaruh mereka.

Implikasi bagi Stabilitas Regional dan Risiko Salah Perhitungan

Pada akhirnya, eskalasi pertemuan berbahaya seperti ini meningkatkan risiko salah perhitungan (miscalculation). Sebuah manuver yang terlalu agresif dapat dengan cepat berubah menjadi insiden tembak-menembak. Oleh karena itu, seruan untuk membangun kembali jalur komunikasi militer-ke-militer yang efektif menjadi semakin mendesak.

Sementara itu, Australia tampaknya tidak akan mundur. Penegasan dari Menteri Pertahanan Marles menunjukkan bahwa mereka akan terus menjalankan hak mereka. Dengan demikian, insiden jet China tembakkan suar ini menjadi pengingat yang gamblang. Laut China Selatan akan terus menjadi salah satu titik panas geopolitik paling potensial di dunia.


Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %