Retconomynow.com – (8 November 2025) — Iran kini menghadapi salah satu bencana lingkungan terparah dalam sejarah modernnya. Presiden Masoud Pezeshkian telah mengeluarkan peringatan darurat mengenai Iran krisis air yang sedang terjadi. Ia bahkan menyebut skenario terburuk: evakuasi total ibu kota, Teheran, jika hujan tidak kunjung turun. Peringatan dramatis ini menggarisbawahi situasi genting yang dihadapi negara tersebut. Kekeringan parah yang berkepanjangan telah mengancam pasokan air bagi jutaan penduduk di megapolitan tersebut.
Pernyataan ini bukan hanya sekadar peringatan lingkungan. Presiden Pezeshkian secara terbuka mengaitkan bencana kekeringan ini dengan serangkaian krisis lain yang sedang dihadapi negaranya. Ia menyoroti kombinasi mematikan dari krisis ekonomi, lingkungan, dan sosial yang kini mengepung Iran dari segala sisi.
Peringatan Keras Presiden: Evakuasi atau Hujan
Presiden Pezeshkian menyampaikan pernyataan suram ini saat berkunjung ke Sanandaj, Iran barat, pada Kamis (6/11) waktu setempat. Dalam pidatonya, ia tidak menahan diri untuk menggambarkan realitas pahit yang dihadapi bangsa. Ia mengatakan negara itu menghadapi kekurangan air yang luar biasa akibat kekeringan yang melanda.
Melansir Anadolu Agency, Pezeshkian memaparkan skenario darurat yang akan segera diberlakukan. “Jika tidak hujan, kami harus mulai membatasi pasokan air di Teheran bulan depan (Desember),” ujarnya.
Ia kemudian menambahkan peringatan yang jauh lebih mengerikan. Peringatan ini menyoroti betapa tipisnya sisa cadangan air yang dimiliki ibu kota. “Jika kekeringan berlanjut, kami akan kehabisan air dan terpaksa mengungsi dari kota,” tegas Pezeshkian.
Ketergantungan pada Lima Bendungan Utama
Ancaman evakuasi terhadap sebuah megapolitan seperti Teheran bukanlah gertakan kosong. Pasokan air untuk kota yang dihuni lebih dari 15 juta jiwa (di wilayah metropolitan) ini sangat bergantung pada sistem yang kini rapuh. Kota ini mengandalkan pasokan air permukaan dari lima bendungan utama di sekitarnya, yaitu Lar, Mamlu, Amir Kabir, Taleqan, dan Latyan. Bendungan Amir Kabir, yang merupakan salah satu yang terbesar, sering menjadi indikator utama kesehatan air di wilayah tersebut.
Selama bertahun-tahun, sistem bendungan ini mampu menopang kehidupan kota. Akan tetapi, kombinasi dari konsumsi yang tinggi, populasi yang padat, dan minimnya pasokan baru telah membuat sistem ini bertekuk lutut. Presiden Pezeshkian sendiri menekankan perlunya pengelolaan dan konservasi sumber daya air serta energi yang lebih baik. Pernyataan ini dapat dilihat sebagai kritik tidak langsung terhadap manajemen air di masa lalu yang gagal mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Data Meteorologi: Level Terendah dalam Satu Abad
Akar dari Iran krisis air ini adalah kegagalan meteorologi yang bersifat kronis. Negara ini telah mengalami penurunan curah hujan yang tajam selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Data meteorologi resmi menunjukkan gambaran yang paling mengkhawatirkan. Curah hujan di wilayah Teheran tahun ini saja anjlok sekitar 40 persen di bawah rata-rata musiman.
Kurangnya curah hujan, terutama pada musim semi dan panas yang krusial, menyebabkan permukaan air di kelima bendungan tersebut turun drastis ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penurunan ini tidak hanya memengaruhi cadangan air permukaan. Lebih parah lagi, kondisi ini memaksa otoritas untuk mengeksploitasi cadangan air tanah secara berlebihan, yang juga kini berada di titik kritis.
“Cadangan Hanya Cukup untuk Dua Pekan”
Situasi darurat ini sebenarnya sudah terlihat jelas sejak berbulan-bulan lalu. Otoritas Air Teheran telah memperingatkan pada bulan Juli lalu. Mereka menyatakan bahwa bendungan-bendungan yang memasok air Teheran telah mencapai level terendah dalam 50 hingga 100 tahun terakhir.
Akibatnya, untuk menghemat sisa pasokan, pemerintah kota terpaksa melakukan pemadaman air secara berkala selama musim panas. Warga di berbagai distrik Teheran melaporkan pemadaman air yang berlangsung berjam-jam. Namun, kini situasinya telah mencapai titik nadir.
Pada Senin (3/11), hanya beberapa hari sebelum pidato presiden, Kepala Otoritas Air Teheran, Behzad Parsa, mengeluarkan pernyataan yang paling menakutkan. Ia mengatakan cadangan air di bendungan hanya dapat memasok Teheran selama dua pekan lagi jika kondisi kering ini terus berlanjut tanpa ada hujan signifikan. Jam pasir bagi Teheran kini benar-benar hampir habis.
Krisis Berlapis: Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
Peringatan Presiden Pezeshkian juga menyinggung krisis ekonomi dan sosial. Ini adalah faktor yang memperparah Iran krisis air. Kekeringan adalah bencana lingkungan, namun dampaknya dipercepat oleh masalah-masalah lain yang diciptakan manusia. Sanksi ekonomi internasional selama bertahun-tahun telah menghambat kemampuan Iran untuk memodernisasi infrastruktur airnya. Banyak teknologi desalinasi (mengubah air laut menjadi air tawar) atau teknik irigasi efisien yang padat modal menjadi sulit diakses.
Selain itu, krisis sosial dapat dengan mudah meletus. Kelangkaan air adalah salah satu pemicu kerusuhan sipil yang paling sensitif. Di masa lalu, protes besar terkait air telah beberapa kali terjadi di provinsi-provinsi yang lebih kering, seperti Khuzestan dan Isfahan. Pemerintah jelas khawatir kelangkaan air di ibu kota dapat memicu ketidakstabilan politik yang lebih besar.
Skenario Evakuasi: Sebuah Mimpi Buruk Logistik
Ancaman untuk “mengungsi dari kota” adalah sebuah skenario apokaliptik. Teheran bukanlah kota kecil. Mengoordinasikan evakuasi jutaan orang dari sebuah megapolitan padat adalah mimpi buruk logistik yang hampir mustahil dilakukan, bahkan oleh negara terkaya sekalipun. Pernyataan presiden ini kemungkinan besar berfungsi sebagai “terapi kejut”. Tujuannya adalah untuk memaksa warga dan industri agar segera menghemat air secara ekstrem.
Namun, fakta bahwa kata “evakuasi” diucapkan oleh seorang presiden menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Iran memandang ancaman ini. Kegagalan hujan dalam beberapa minggu ke depan benar-benar dapat melumpuhkan ibu kota Iran. Seluruh negara kini menatap ke langit, berharap musim hujan yang terlambat segera tiba sebelum skenario terburuk itu menjadi kenyataan.
