Retconomynow.com – Kolombo, 4 Desember 2025 — Sri Lanka menghadapi krisis kemanusiaan setelah negara tersebut dilanda bencana banjir dan tanah longsor skala besar. Kerusakan infrastruktur dan korban jiwa yang signifikan telah mendorong pemerintah meminta dukungan global. Sebagai respons cepat, Bantuan Internasional Sri Lanka mulai berdatangan. Bantuan ini datang dari berbagai negara sahabat dan organisasi multilateral.
Bencana ini melanda sebagian besar wilayah pulau, menyusul curah hujan ekstrem yang berlangsung selama beberapa minggu. Banjir bandang dan tanah longsor memutus jalur transportasi utama, merusak rumah-rumah penduduk, dan mengganggu pasokan makanan serta layanan kesehatan dasar. Pemerintah Sri Lanka, melalui Badan Penanggulangan Bencana Nasional, mengumumkan bahwa ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal dan memerlukan bantuan mendesak.
Skala Bencana dan Kerusakan Infrastruktur
Skala bencana alam ini memerlukan mobilisasi sumber daya yang sangat besar. Banjir terjadi di hampir seluruh provinsi, dengan wilayah pegunungan yang rawan longsor mencatat korban jiwa terbanyak.
- Korban dan Pengungsi: Data awal menunjukkan puluhan korban jiwa. Ribuan keluarga harus mengungsi ke tempat penampungan sementara. Jumlah pasti kerugian finansial dan infrastruktur masih dalam tahap penghitungan.
- Kerusakan Vital: Bencana ini merusak jaringan jalan dan jembatan, terutama yang menghubungkan wilayah pedalaman dengan ibu kota. Akibatnya, upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan logistik menghadapi hambatan serius. Oleh karena itu, pemulihan akses transportasi menjadi prioritas utama.
- Dampak Pertanian: Sri Lanka merupakan negara agraris. Banjir merendam lahan pertanian yang luas, termasuk perkebunan teh dan sawah. Bencana ini mengancam ketahanan pangan negara dalam jangka menengah.
Respons Cepat dan Bantuan Internasional Sri Lanka
Menyadari keterbatasan sumber daya domestik untuk mengatasi bencana skala nasional, Pemerintah Sri Lanka secara resmi mengajukan permohonan bantuan kepada komunitas internasional. Respons yang mereka terima sangat cepat dan menunjukkan solidaritas global.
- Dukungan Regional: Negara-negara tetangga, terutama di Asia Selatan dan Asia Tenggara, segera mengirimkan tim bantuan pertama. India, misalnya, mengirimkan kapal Angkatan Laut yang membawa tim medis, makanan siap saji, dan peralatan penyelamatan.
- Dukungan Global: Organisasi internasional dan negara-negara maju juga turut memberikan respons. Selain itu, PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Red Cross mengaktifkan dana darurat mereka. Mereka mengirimkan tenda, selimut, hygiene kit, dan pasokan air bersih.
- Fokus Bantuan: Bantuan yang masuk berfokus pada dua area utama: bantuan darurat untuk korban banjir dan dukungan teknis untuk operasi penyelamatan tanah longsor. Negara-negara yang memiliki keahlian dalam pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue atau SAR) di medan berat mengirimkan tim ahli mereka.
Koordinasi dan Tantangan Distribusi Logistik
Mengelola Bantuan Internasional Sri Lanka yang beragam dan masif menjadi tantangan logistik tersendiri. Pemerintah Sri Lanka harus memastikan bahwa bantuan yang datang dapat terdistribusi secara efisien dan adil ke semua wilayah yang membutuhkan.
- Pusat Logistik: Otoritas Pelabuhan Kolombo menjadi pusat logistik utama untuk penerimaan bantuan dari luar negeri. Dari pelabuhan ini, barang akan didistribusikan ke pusat-pusat penampungan regional.
- Jalur Udara: Untuk mengatasi jalan darat yang terputus, Pemerintah Sri Lanka menggunakan helikopter militer dan sipil. Helikopter ini bertugas mengirimkan pasokan mendesak ke daerah pegunungan yang terisolasi dan rawan longsor. Maka dari itu, koordinasi antara angkatan bersenjata dan lembaga bantuan sipil menjadi sangat penting.
- Transparansi: Pemerintah juga harus menjaga transparansi dalam penyaluran bantuan. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bantuan sampai kepada yang berhak dan meminimalkan potensi penyelewengan.
Implikasi Jangka Panjang dan Mitigasi Bencana
Bencana ini memberikan peringatan keras kepada Sri Lanka mengenai kerentanan mereka terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, upaya rekonstruksi tidak hanya harus memulihkan yang rusak, tetapi juga harus membangun kembali infrastruktur yang lebih tahan bencana (resilience).
- Infrastruktur Tahan Bencana: Sri Lanka perlu berinvestasi dalam sistem drainase perkotaan yang lebih baik, memperkuat lereng-lereng yang rawan longsor, dan membangun jembatan yang lebih tinggi dan kokoh.
- Sistem Peringatan Dini: Peningkatan sistem peringatan dini (EWS) untuk tanah longsor dan banjir menjadi sangat penting. Sistem ini harus terintegrasi dan dapat menjangkau masyarakat di daerah terpencil secara cepat.
Pada akhirnya, keberhasilan penanganan dan pemulihan dari bencana ini akan menjadi cerminan dari kapasitas Sri Lanka dalam mengelola krisis iklim. Dukungan Bantuan Internasional Sri Lanka menjadi fondasi penting untuk memulai proses pemulihan jangka panjang tersebut.
