Retconomynow.com – Jakarta, 13 Oktober 2025 – Investor legendaris Warren Buffett memiliki pendekatan unik dalam menghadapi inflasi, yang kini menjadi tantangan ekonomi global. Alih-alih merekomendasikan emas atau properti, Buffett menempatkan keahlian pribadi sebagai investasi utama untuk melawan inflasi. Strategi investasi tahan inflasi ini, yang menitikberatkan pada pengembangan modal manusia dan bisnis dengan kebutuhan modal rendah, diyakini mampu menjaga kekayaan di tengah tekanan ekonomi. Pendekatan ini tidak hanya sederhana, tetapi juga terbukti efektif dalam berbagai kondisi pasar.
Strategi Investasi Tahan Inflasi melalui Modal Manusia
Buffett, CEO Berkshire Hathaway, menegaskan bahwa investasi terbaik adalah pada diri sendiri. “Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menjadi sangat ahli dalam sesuatu,” ujarnya dalam rapat pemegang saham 2022. Menurutnya, keahlian yang langka, seperti dokter bedah, spesialis keamanan siber, atau penata rambut ternama, memiliki nilai yang tidak tergerus inflasi. “Kemampuan Anda tidak bisa diambil atau dirusak oleh kenaikan harga,” katanya. Dengan demikian, profesi yang mengandalkan keahlian memungkinkan individu menyesuaikan tarif seiring meningkatnya biaya hidup.
Berbeda dengan aset fisik seperti mesin atau pabrik yang membutuhkan biaya perawatan besar, keahlian hanya perlu diasah melalui pembelajaran dan latihan. “Investasi pada diri sendiri tidak dikenakan pajak dan tahan terhadap inflasi,” tambah Buffett. Ia juga pernah menyampaikan hal serupa pada 2008, saat krisis keuangan global melanda. “Jika Anda dokter atau guru terbaik di kota, Anda akan tetap sukses, apa pun yang terjadi pada mata uang,” ungkapnya. Oleh karena itu, pengembangan keahlian menjadi fondasi utama dalam strategi investasi tahan inflasi.
Memilih Bisnis dengan Kebutuhan Modal Rendah
Selain modal manusia, Buffett menyarankan untuk berinvestasi pada perusahaan yang tidak memerlukan modal besar untuk tumbuh. “Pilihlah bisnis dengan kebutuhan investasi modal rendah,” katanya. Alasannya, saat inflasi melonjak, biaya modal seperti peralatan atau infrastruktur juga meningkat. Namun, perusahaan dengan merek kuat yang mampu menaikkan harga tanpa kehilangan pelanggan akan lebih tahan terhadap tekanan ekonomi.
Contohnya adalah perusahaan barang konsumsi seperti Coca-Cola atau Procter & Gamble. “Mengubah resep atau kemasan hanya butuh biaya kecil, tetapi harga jualnya bisa naik mengikuti inflasi,” jelas Buffett. Selain itu, bisnis “ringan aset” seperti perangkat lunak atau platform digital juga ideal. Setelah pengembangan awal, biaya untuk pembaruan atau penambahan pengguna relatif kecil, sementara pendapatan terus meningkat. Misalnya, perusahaan seperti Microsoft atau Adobe dapat menyesuaikan harga langganan dengan inflasi tanpa mengorbankan basis pelanggan.
Bisnis berbasis royalti, seperti jaringan kartu kredit, katalog musik, atau waralaba, juga masuk dalam kategori ini. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan ini dapat menghasilkan pendapatan yang terus bertambah tanpa investasi besar. Strategi investasi tahan inflasi ini memungkinkan investor melindungi daya beli mereka di tengah kenaikan harga.
Pengembangan Diri sebagai Investasi Utama
Buffett menekankan bahwa keahlian pribadi adalah aset yang tidak hanya tahan inflasi, tetapi juga fleksibel di berbagai kondisi ekonomi. Profesi yang mengandalkan reputasi dan hasil, seperti konsultan keuangan atau pengacara terkemuka, dapat terus menyesuaikan tarif mereka. “Kekuatan penghasilan Anda adalah perlindungan terbaik terhadap inflasi,” ujar Buffett. Dengan kata lain, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi menjadikan individu sebagai aset yang tak ternilai.
Pada praktiknya, ini berarti individu harus berinvestasi dalam pendidikan, pelatihan, atau sertifikasi. Misalnya, seorang profesional teknologi informasi yang menguasai kecerdasan buatan akan selalu dibutuhkan di pasar kerja. Selain itu, keahlian interpersonal, seperti kemampuan bernegosiasi atau memimpin tim, juga meningkatkan nilai seseorang. Oleh karena itu, fokus pada pengembangan diri menjadi langkah strategis untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Memilih Saham dengan Kekuatan Harga
Dalam memilih saham, Buffett menyarankan investor untuk fokus pada perusahaan dengan “pricing power” atau kemampuan menaikkan harga tanpa kehilangan pasar. Perusahaan seperti Apple atau American Express, yang memiliki loyalitas pelanggan tinggi, adalah contoh nyata. “Bisnis yang bisa menaikkan harga tanpa mengurangi permintaan adalah benteng melawan inflasi,” katanya. Dengan demikian, saham-saham ini cenderung menghasilkan laba yang melebihi laju inflasi.
Namun, Buffett mengingatkan bahwa tidak semua bisnis “ringan aset” otomatis tahan inflasi. Investor harus memeriksa valuasi, tingkat persaingan, dan utang perusahaan. Misalnya, perusahaan dengan utang besar mungkin kesulitan menyesuaikan diri saat suku bunga naik akibat inflasi. Oleh karena itu, analisis mendalam terhadap fundamental perusahaan tetap penting.
Tantangan dan Peluang di Era Inflasi
Inflasi yang tinggi, seperti yang terjadi di banyak negara pada 2025, menciptakan tantangan bagi investor. Harga bahan baku, energi, dan tenaga kerja meningkat, menekan margin keuntungan perusahaan. Namun, Buffett melihat peluang dalam situasi ini. Bisnis yang efisien dan memiliki merek kuat dapat memanfaatkan inflasi untuk memperluas pangsa pasar. Selain itu, individu dengan keahlian khusus dapat memanfaatkan permintaan yang terus meningkat di sektor tertentu.
Pemerintah dan bank sentral juga berperan dalam mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter. Namun, Buffett menegaskan bahwa individu dan investor tidak boleh hanya bergantung pada kebijakan eksternal. “Anda harus mengambil kendali atas masa depan finansial Anda sendiri,” ujarnya. Dengan demikian, kombinasi keahlian pribadi dan investasi cerdas menjadi kunci untuk bertahan di era inflasi.
Prinsip Sederhana dengan Dampak Besar
Pendekatan Buffett terhadap inflasi tidak rumit, namun memiliki dampak signifikan. Ia menyarankan dua langkah utama: kembangkan keahlian yang membuat Anda tak tergantikan, dan pilih bisnis yang efisien dengan kemampuan menaikkan harga. “Investasi terbaik adalah pada diri Anda sendiri, karena itu tidak akan pernah usang,” katanya.
Keberhasilan Buffett dengan Berkshire Hathaway, yang memiliki portofolio perusahaan seperti Geico dan Duracell, membuktikan efektivitas strateginya. Dengan demikian, investor dapat belajar dari prinsipnya untuk membangun kekayaan yang tahan terhadap tekanan ekonomi.
Masa Depan Investasi di Tengah Inflasi
Ke depan, Buffett optimistis bahwa individu dan perusahaan yang beradaptasi akan terus berkembang. Teknologi, misalnya, menawarkan peluang besar untuk menciptakan bisnis ringan aset. Selain itu, pendidikan berkelanjutan akan menjadi kunci untuk menjaga daya saing di pasar kerja. Oleh karena itu, fokus pada pengembangan diri dan pemilihan investasi yang tepat akan memastikan ketahanan finansial.
Strategi investasi tahan inflasi ala Buffett mengajarkan bahwa kekayaan sejati berasal dari kemampuan dan keputusan cerdas. Dengan menerapkan prinsip ini, individu dan investor dapat menghadapi inflasi dengan percaya diri, tanpa bergantung pada aset tradisional seperti emas.