Militer Terkuat di Eropa: Ambisi Jerman Menghadapi Sinyal Perang Dunia III

Militer Terkuat di Eropa
0 0
Read Time:4 Minute, 27 Second

Retconomynow.comBerlin, 23 November 2025 — Kanselir Jerman Friedrich Merz telah menetapkan tujuan ambisius tahun ini: membangun angkatan bersenjata terkuat di Eropa. Tugas ini merupakan tantangan besar. Pasalnya, militer Jerman telah bertahun-tahun mengalami pengabaian dan kekurangan dana. Ambisi menjadi Militer Terkuat di Eropa ini merupakan respons langsung terhadap ancaman yang dirasakan dari Rusia dan pergeseran mendasar dalam kebijakan luar negeri AS.

Pemerintah koalisi telah menyepakati RUU baru yang menyeluruh minggu lalu. RUU ini bertujuan memperkuat pasukan Jerman. Reformasi ini akan mendorong Jerman untuk meningkatkan jumlah tentaranya menjadi 260.000 (dari sekitar 180.000 saat ini), ditambah 200.000 cadangan tambahan, pada tahun 2035. Upaya ini merupakan sinyal bahwa Jerman serius dalam mengambil tanggung jawab pertahanan benua.

Reformasi Personel: Insentif dan Potensi Wajib Militer

Pada tahap awal, upaya reformasi ini akan berfokus pada pendaftaran sukarela. Pemerintah menawarkan insentif yang lebih besar bagi mereka yang mendaftar. Insentif tersebut mencakup gaji awal bulanan sebesar €2.600 (USD3.000). Gaji ini merupakan peningkatan signifikan sebesar €450 dari tingkat saat ini. Namun, jika kuota baru tidak terpenuhi, pemerintah memiliki opsi memberlakukan wajib militer.

Mulai tahun depan, semua pemuda berusia 18 tahun akan menerima kuesioner. Kuesioner ini menanyakan minat mereka untuk bertugas. Khususnya bagi pria, menjawab kuesioner ini akan diwajibkan. Mulai tahun 2027, pria berusia 18 tahun juga harus menjalani pemeriksaan kesehatan wajib. Langkah ini terjadi ketika pemerintahan AS memperingatkan Eropa agar bertanggung jawab atas keamanannya sendiri. Selain itu, perang Rusia di Ukraina terus berlanjut. Para ahli di kawasan tersebut bahkan memperkirakan Moskow dapat menginvasi negara NATO dalam beberapa tahun.

Lokasi Sentral dan Kebutuhan Mendesak Jadi Militer Terkuat di Eropa

Minna Ålander, seorang peneliti di lembaga pemikir Chatham House, meyakini Jerman memiliki potensi untuk memainkan peran kunci dalam pertahanan konvensional Eropa. Lokasi geografis Jerman yang sentral menjadi faktor utama. “Jika rencana untuk mencapai jumlah personel baru terwujud, itu akan sangat bagus untuk Eropa,” ujarnya, dilansir CNN. Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa hal itu kemungkinan baru akan terjadi sekitar tahun 2030-an. Pertanyaannya, apakah ini cukup cepat?

Jenderal Carsten Breuer, Kepala Pertahanan Jerman, memberikan peringatan keras. Ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC pada bulan Juni bahwa NATO harus bersiap menghadapi kemungkinan serangan Rusia dalam empat tahun ke depan. Jenderal Breuer menyebut kemungkinan paling cepat adalah tahun 2029. Oleh karena itu, ia mendesak negara-negara anggota untuk segera bersiap.

Perdebatan Politik dan Keengganan Kaum Muda

Menjelang RUU baru, mitra koalisi—Uni Demokratik Kristen (CDU) yang konservatif dan Uni Demokratik Sosial (SPD) yang berhaluan kiri-tengah—telah berdebat selama berminggu-minggu mengenai jenis dinas militer yang harus diperkenalkan. Salah satu ide yang sempat muncul adalah “wajib militer ala lotere.” Model ini akan menggunakan undian untuk memilih pemuda untuk pemeriksaan medis. Kemudian, undian lainnya akan memanggil mereka untuk bertugas.

Proposal tersebut akhirnya Menteri Pertahanan Boris Pistorius batalkan. Ia justru mengatakan bahwa pendaftaran militer harus berpusat pada insentif. Insentif ini berupa gaji yang lebih baik dan kompensasi finansial lainnya. Jerman sebelumnya memiliki wajib militer bagi pria berusia 18-23 tahun. Namun, praktik ini ditangguhkan pada tahun 2011 dan digantikan oleh tentara sukarela.

Kesepakatan baru ini masih memerlukan persetujuan di Parlemen Jerman (Bundestag). Para anggota parlemen diperkirakan akan memberikan suara pada akhir tahun. Jika disetujui, kesepakatan tersebut akan berlaku efektif pada 1 Januari 2026. Pistorius menyambut baik langkah tersebut sembari berusaha meyakinkan mereka yang terdampak. “Tidak ada alasan untuk khawatir, tidak ada alasan untuk takut,” ujarnya. Ia percaya bahwa semakin mampu angkatan bersenjata dalam hal pencegahan, semakin kecil kemungkinan Jerman terlibat dalam konflik.

Menjadi Percontohan Eropa untuk Militer Terkuat di Eropa

Pistorius menyarankan sistem militer baru Berlin dapat menjadi contoh bagi sekutu Eropa lainnya. “Semua orang memperhatikan apa yang kita lakukan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa model wajib militer baru mereka cukup modern. Bahkan, ia berspekulasi bahwa model ini mungkin bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain.

Namun demikian, perubahan tersebut tetap kontroversial. Banyak orang, terutama di kalangan politik kiri Jerman, tidak setuju dengan penerapan kembali wajib militer. Sebuah jajak pendapat Forsa yang terbit sebelum reformasi diumumkan menunjukkan bahwa 80% pemilih dari partai sayap kiri menentang gagasan tersebut.

Ålander yakin bahwa mencapai kuota tanpa wajib militer bukanlah hal yang mustahil. Ia mempertimbangkan besarnya populasi Jerman. “Jika pemerintah dan angkatan bersenjata berhasil meningkatkan persepsi angkatan bersenjata secara signifikan… tujuan tersebut dapat dicapai hanya dengan partisipasi sukarela,” ujarnya. Akan tetapi, ia menambahkan bahwa jika wajib militer diberlakukan kepada populasi yang skeptis, hal itu justru dapat mendorong lebih banyak kaum muda ke ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Keengganan kaum muda ini juga terlihat dari data resmi. Jumlah pengajuan status penentang wajib militer telah melonjak sejak dimulainya perang di Ukraina.

Peningkatan Anggaran Pasca “Zeitenwende”

Angkatan bersenjata Jerman, atau Bundeswehr, telah mengalami kekurangan dana kronis sejak Perang Dingin. Selama tiga dekade, pengeluaran militer tetap di bawah 2% dari PDB negara. Hal ini terjadi di tengah tabu seputar kekuatan militer Jerman. Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 memicu perubahan signifikan. Kanselir saat itu mendeklarasikan “Zeitenwende”—atau “periode perubahan”—yang mengarah pada pembentukan dana khusus sebesar €100 miliar untuk memodernisasi Bundeswehr.

Pergeseran sikap ini semakin dalam setelah Merz menjabat awal tahun ini. Kanselir baru tersebut tidak hanya berjanji untuk mengubah angkatan bersenjata Jerman menjadi “Militer Terkuat di Eropa“, tetapi juga berkomitmen untuk menggandakan anggaran pertahanan. Hal ini dilakukan demi memenuhi target-target baru NATO. “(Presiden Rusia Vladimir) Putin hanya mengerti bahasa kekuasaan,” kata Merz saat itu, menegaskan bahwa kekuatan militer kini menjadi alat diplomasi utama Jerman.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %