Trump ‘OK’ Serang Meksiko, Buka Opsi Bicara dengan Maduro di Tengah Ketegangan Karibia

Sikap Trump terhadap Meksiko
0 0
Read Time:3 Minute, 44 Second

Retconomynow.com – 18 November 2025 – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan pernyataan mengejutkan pada Senin (17/11). Ia mengindikasikan bahwa dirinya “OK” dengan ide melancarkan serangan anti-narkotika di dalam wilayah Meksiko. Secara bersamaan, Trump juga membuka kemungkinan untuk berbicara langsung dengan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Sikap Trump terhadap Meksiko dan Venezuela ini muncul di tengah ketegangan akibat penguatan militer AS di Karibia.

Pernyataan Trump ini menyoroti pendekatan kebijakan luar negerinya yang agresif di kawasan Amerika Latin. Ia secara terbuka mengkritik Meksiko karena dianggap tidak berhasil menindak tegas para kartel pengedar narkoba.

Analisis Sikap Trump terhadap Meksiko: Serangan Anti-Narkotika

Ketika wartawan bertanya apakah ia setuju dengan operasi anti-narkotika AS di dalam wilayah Meksiko, jawaban Trump sangat lugas. “Apakah saya akan serang Meksiko untuk menghentikan narkoba? OK bagi saya. Apa pun kami lakukan untuk menghentikan narkoba,” ujar Trump.

Pernyataan ini berpotensi memicu krisis diplomatik besar. Usulan operasi militer sepihak di wilayah negara lain merupakan pelanggaran kedaulatan yang serius. Namun, Trump segera membingkai potensi serangan ini sebagai tindakan heroik untuk menyelamatkan nyawa warga Amerika.

“Saya tidak bicara saya sedang melakukannya, tapi saya akan bangga,” tegas Trump. “Karena kami akan selamatkan jutaan nyawa dengan hal itu.”

Pernyataan ini menunjukkan frustrasi Trump terhadap aliran narkoba yang terus masuk ke AS. Sikap Trump terhadap Meksiko (satu-satunya frasa bold di isi artikel) ini mengindikasikan bahwa ia siap mengambil langkah-langkah non-konvensional yang melampaui kerja sama diplomatik biasa jika ia merasa Meksiko gagal bertindak.

Paradoks Venezuela: Ancaman Militer Sekaligus Ajakan Bicara

Di sisi lain, Trump menunjukkan pendekatan “wortel dan tongkat” terhadap Venezuela. Ketika wartawan bertanya mengenai pembicaraan dengan Presiden Nicolas Maduro, Trump awalnya menunjukkan keengganan. Ia mengatakan Maduro “tidak baik ke Amerika Serikat.”

Namun, ia tidak menutup pintu sepenuhnya. “Pada waktu tertentu, saya akan bicara dengan dia (Maduro),” ujar Trump di Oval Office, seperti dikutip AFP.

Ajakan bicara ini sangat kontras dengan sikap militernya. Saat sesi tanya jawab yang sama, wartawan mencoba mengonfirmasi penutupan opsi pengerahan pasukan darat AS di Venezuela. Trump dengan tegas menolaknya. “Tidak, saya tidak menutup itu, saya tidak akan tutup apapun,” katanya.

“Kita hanya harus menangani Venezuela,” ujar Trump. Ia juga kembali melontarkan tuduhan lama. “Mereka mengirim ratusan ribu orang dari penjara ke negara kita,” ia menambahkan.

Beberapa jam setelah pernyataan Trump, Maduro merespons dari Caracas. Dalam acara televisi mingguannya, Maduro mengatakan ia siap bertemu langsung dengan “siapa pun” di Amerika Serikat. Respons ini menunjukkan kesiapan Maduro untuk berdialog, terlepas dari retorika keras Trump.

Konteks Sikap Trump terhadap Meksiko: Operasi Militer Karibia

Sikap Trump terhadap Meksiko dan Venezuela tidak muncul dari ruang hampa. Pernyataan ini ia sampaikan di tengah pengerahan militer AS yang signifikan di Laut Karibia. Trump telah meminta penambahan pasukan AS di kawasan itu. Dalih resminya adalah untuk memburu operasi penyelundupan narkoba dari berbagai negara Amerika Latin.

Sejak Agustus, AS mempertahankan armada militer besar di Karibia. Armada ini termasuk sekitar enam kapal perang. Venezuela menuduh AS mencoba menggulingkan pemerintah Caracas dengan pengerahan militer, kapal induk, kapal perang, dan beberapa jet tempur tersebut.

Kekuatan militer ini bukan sekadar pameran. Operasi ini telah memakan korban jiwa. Laporan menyebutkan 83 orang tewas sejak September. Pasukan AS menyerang kapal-kapal yang mereka tuduh menyelundupkan narkoba di perairan internasional.

Namun, operasi ini menuai kritik tajam. Hingga kini, AS masih belum memberikan bukti yang jelas mengenai orang-orang yang mereka serang di Karibia atau di Pasifik timur. Meski begitu, AS mengklaim 20 dari operasi tersebut merupakan operasi penyelundupan narkoba yang sah.

Reaksi Regional atas Sikap Trump terhadap Meksiko dan Venezuela

Agresivitas AS ini membuat sekutu regional mereka berada dalam posisi sulit. Saat ini, sebuah unit Marinir AS tengah menggelar latihan militer di Trinidad dan Tobago. Ini adalah latihan kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.

Kehadiran militer AS ini memicu kekhawatiran bahwa wilayah Trinidad dan Tobago akan Amerika gunakan sebagai pangkalan untuk menyerang Venezuela. Namun, pemimpin Trinidad dan Tobago, Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar, dengan tegas membantah hal tersebut.

“AS TIDAK PERNAH meminta wilayah kami untuk serangan ke rakyat Venezuela,” ujar Perdana Menteri Kamla Persad-Bissessar lewat pesan WhatsApp kepada AFP.

Ia menegaskan negaranya tidak akan terlibat dalam konflik regional. “Trinidad dan Tobago tidak akan ikut tindakan yang merugikan rakyat Venezuela,” tambahnya. Ia juga menekankan bahwa AS dan Caracas harus menyelesaikan konflik mereka melalui perundingan damai.

Sikap Trinidad dan Tobago ini menyoroti betapa berbahayanya retorika Trump. Sikap Trump terhadap Meksiko dan Venezuela tidak hanya meningkatkan ketegangan dengan kedua negara tersebut. Kebijakan ini juga menempatkan sekutu-sekutu kecil AS di Karibia dalam posisi diplomatik yang sangat canggung dan berbahaya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %