Retconomynow.com – 17 November 2025 – Aksi protes besar yang diorganisir oleh kelompok “Generasi Z Meksiko” pada hari Sabtu berakhir rusuh. Aksi yang awalnya bertujuan menyuarakan protes terhadap kejahatan dan korupsi sistemik ini berubah menjadi bentrokan hebat di jantung Mexico City. Demo Gen Z Meksiko ini memicu bentrokan dengan polisi anti huru hara setelah sekelompok pengunjuk rasa merobohkan pagar di sekitar Istana Nasional, kediaman Presiden Claudia Sheinbaum.
Demonstrasi pada hari Sabtu ini dihadiri oleh berbagai kelompok usia. Mereka termasuk aktivis yang lebih tua dari partai oposisi. Selain itu, hadir pula para pendukung Wali Kota Michoacán yang terbunuh, Carlos Manzo. Manzo tewas tertembak di acara Hari Orang Mati awal bulan ini, yang menjadi salah satu pemicu utama kemarahan publik.
Bentrokan Hebat di Gerbang Istana Nasional
Situasi di Mexico City memanas ketika sekelompok kecil pengunjuk rasa berkerudung merobohkan pagar perimeter Istana Nasional. Tindakan ini memicu respons keras dari polisi anti huru hara yang menjaga kediaman presiden. Polisi segera menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sekretaris Keamanan Publik Mexico City, Pablo Vazquez, mengonfirmasi skala kerusuhan tersebut dalam konferensi pers. Ia mengatakan 100 petugas polisi terluka akibat bentrokan. “Termasuk 40 orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit,” kata Vazquez.
Vazquez juga menambahkan bahwa 20 warga sipil lainnya turut terluka. Ia juga mengatakan 20 orang ditangkap dan 20 lainnya “dituntut atas pelanggaran administratif”.
Laporan dari media lokal El Universal melukiskan gambaran yang lebih kacau. Menurut El Universal, pasukan keamanan tidak hanya menembakkan gas air mata. Mereka juga melemparkan batu ke arah para pengunjuk rasa saat massa mencoba memasuki perimeter istana.
“Dengan perisai dan batu, mereka [pasukan keamanan] secara fisik menyerang anak-anak muda yang berdemonstrasi di Zocalo,” lapor El Universal. Para korban luka akhirnya mendapat bantuan dari dokter yang juga ikut berbaris dan personel Skuadron Penyelamat Darurat (ERUM).
Laporan itu menambahkan bahwa petugas polisi, setelah “mengejar dan memukuli para pengunjuk rasa di alun-alun Zocalo” selama beberapa menit, “memaksa orang-orang untuk meninggalkan area tersebut”.
Di Balik Demo Gen Z Meksiko: Organik atau Ditunggangi?
Protes ini diorganisir oleh kelompok “Generasi Z Meksiko”. Dalam “manifesto” yang beredar di media sosial, kelompok tersebut menyatakan bahwa mereka non-partisan. Mereka mengklaim mewakili pemuda Meksiko yang muak dengan kekerasan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan.
Namun, keaslian gerakan ini menuai keraguan. Awal pekan ini, beberapa influencer media sosial Gen Z yang awalnya mendukung, tiba-tiba menyatakan tidak lagi mendukung protes hari Sabtu.
Keanehan bertambah ketika tokoh-tokoh arus utama dari spektrum politik kanan, seperti mantan Presiden Vicente Fox dan miliarder Meksiko Ricardo Salinas Pliego, justru menerbitkan pesan-pesan yang mendukung protes tersebut.
Presiden Claudia Sheinbaum juga menuduh partai-partai sayap kanan berusaha menyusup ke gerakan Gen Z. Ia mengklaim mereka menggunakan bot di media sosial untuk memanipulasi dan meningkatkan jumlah peserta.
Monica Cruz, seorang reporter AJ+ di Mexico City, mengamini keraguan ini. “Kami sulit mempercayai bahwa ini adalah protes organik. Terutama dari kaum muda,” katanya.
Cruz menjelaskan bahwa Gen Z bukanlah kelompok monolit. “Ada kaum muda di setiap sisi spektrum politik,” lanjutnya. “Tetapi tidak banyak anak muda di jalanan dan kami berpikir itu mungkin merupakan refleksi… bahwa ini sebenarnya bukan berasal dari kaum muda.”
Ia membandingkannya dengan protes lain. “Karena kami telah melihat protes di Mexico City menentang genosida di Palestina, misalnya, dan kami telah melihat ribuan anak muda berbaris di jalanan,” simpulnya. Kehadiran massa yang relatif kecil dalam Demo Gen Z Meksiko ini mengindikasikan adanya campur tangan politik oposisi.
Pemicu Utama Demo Gen Z Meksiko: Korupsi dan Pembunuhan
Terlepas dari dugaan infiltrasi politik, para pengunjuk rasa yang hadir menyuarakan frustrasi yang nyata. Mereka frustrasi dengan masalah sistemik seperti korupsi dan impunitas atas kejahatan kekerasan.
“Kita membutuhkan keamanan yang lebih baik,” ujar Andres Massa, seorang konsultan bisnis berusia 29 tahun, kepada The Associated Press.
Claudia Cruz, seorang dokter berusia 43 tahun, mengatakan ia berunjuk rasa menuntut lebih banyak dana untuk sistem kesehatan masyarakat. Selain itu, ia menuntut keamanan yang lebih baik. Para dokter “juga terpapar pada ketidakamanan yang mencengkeram negara ini, di mana Anda bisa saja dibunuh dan tidak terjadi apa-apa,” katanya.
Pemicu utama kemarahan adalah pembunuhan Wali Kota Uruapan di Michoacan, Carlos Manzo, pada 1 November. Manzo tewas setelah ia memimpin perang terbuka melawan geng-geng pengedar narkoba di kotanya. Para pendukungnya pun turun ke jalan di beberapa kota di Michoacan. Sebagian dari mereka bahkan ikut pergi ke Mexico City untuk pawai hari Sabtu.
“Negara ini sedang sekarat,” kata Rosa Maria Avila, seorang agen real estat berusia 65 tahun dari Michoacán. “Dia dibunuh karena dia adalah seorang pria yang mengirim petugas ke pegunungan untuk memerangi para penjahat. Dia punya nyali untuk menghadapi mereka,” tambahnya.
Kritik terhadap Sheinbaum dan Peran Demo Gen Z Meksiko
Presiden Claudia Sheinbaum, yang berkuasa sejak Oktober 2024, sebenarnya masih mempertahankan tingkat penerimaan publik di atas 70 persen. Namun, ia mulai menghadapi kritik atas kebijakan keamanannya, terutama setelah beberapa pembunuhan besar, termasuk pembunuhan Manzo.
Demo Gen Z Meksiko (satu-satunya frasa bold di isi artikel) ini, meskipun mungkin ditunggangi, mencerminkan tren global. Di beberapa negara Asia dan Afrika tahun ini, anggota Gen Z telah mengorganisir protes menentang ketimpangan, kemunduran demokrasi, dan korupsi.
Protes Gen Z terbesar terjadi di Nepal pada bulan September. Protes itu menyusul larangan media sosial dan menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri KP Sharma Oli. Madagaskar juga menyaksikan protes besar yang dipicu oleh kegagalan pemerintah dan korupsi yang meluas, yang memaksa Presiden Andry Rajoelina meninggalkan negaranya.
Walaupun skala di Meksiko belum sebesar itu, kerusuhan di depan Istana Nasional menjadi peringatan serius bagi pemerintahan Sheinbaum bahwa kesabaran publik terhadap korupsi dan kekerasan ada batasnya.
