Jokowi Janji ‘Tempur’ Penuh untuk PSI, Kesaktian ‘Jokowi Effect 2029’ Dipertanyakan

Jokowi Effect 2029
0 0
Read Time:3 Minute, 53 Second

Retconomynow.com – 16 November 2025 – Mantan Presiden Jokowi secara terbuka berjanji akan turun langsung untuk memenangkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Pemilu 2029. Janji ini langsung memicu perdebatan politik. Pengamat menilai langkah ini akan menjadi ujian sesungguhnya bagi pengaruh politik Jokowi pasca-lengser. Publik kini mempertanyakan apakah Jokowi Effect 2029 nanti masih akan sama saktinya seperti saat ia berkuasa.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan bahwa janji Jokowi ini akan menjadi pertaruhan besar. “Tinggal diuji apakah di Pemilu 2029 nanti Jokowi masih sakti atau justru sebaliknya. Waktu yang akan menjawab,” ujar Adi kepada Kompas.com, Minggu (16/11/2025).

Janji Totalitas Jokowi untuk PSI

Janji terbaru Jokowi ini terungkap dalam Pra Rakerwil Seluruh Kader PSI Se-Jawa Barat di Bandung, Jumat (14/11/2025). Ketua Harian PSI, Ahmad Ali, yang menyampaikan janji tersebut kepada kader.

“Pak Jokowi sudah berjanji pada saya, insyaallah beliau akan totalitas berjuang bersama-sama,” ujar Ali. Janji ini bukan sekadar dukungan moral. Ali menegaskan bahwa Jokowi akan “tempur, turun ke lapangan, berjuang bersama-sama membersamai kita untuk memenangkan PSI.”

Namun, Ali menyebut PSI saat ini meminta Jokowi untuk tidak langsung tancap gas. PSI ingin mantan presiden tersebut fokus memulihkan kondisi kesehatannya terlebih dahulu agar prima 100 persen.

“Hari ini beliau kami minta untuk lebih banyak istirahat, memulihkan supaya kondisinya fit 100 persen. Sehingga nanti 2027 beliau kembali prima seperti biasa,” jelas Ali. “Dan beliau, saya mewakili, betul efek Jokowi itu masih sangat kuat di Indonesia,” tambahnya.

Analisis Pengamat: Ujian Sebenarnya Jokowi Effect 2029

Adi Prayitno melihat janji ini sebagai penegasan totalitas. “Ini semakin menegaskan bahwa Jokowi akan total untuk membesarkan PSI,” kata Adi. Menurutnya, publik kini tidak perlu heran jika menganggap PSI adalah “partainya Jokowi”.

Dengan langkah ini, PSI kini memiliki cita rasa dan brand ambassador baru. Adi meyakini bahwa ke depannya, Jokowi akan menjadi ikon utama PSI. “Dua kali pemilu, yakni 2014 dan 2019, Jokowi bersama PDI-P. Tapi di 2029, Jokowi bersama PSI. Jadi, ke depan brand ambassador PSI itu Jokowi,” jelasnya.

Namun, Adi mengingatkan bahwa 2029 adalah medan perang yang sama sekali berbeda. “Kesaktian” Jokowi pada Pemilu 2024 sangat terbantu oleh statusnya sebagai presiden aktif (incumbent). Ia memiliki otoritas, pengaruh, dan sumber daya yang sangat besar.

Pada 2029, situasinya berbalik. Jokowi akan maju murni sebagai mantan presiden yang mengandalkan warisan (legacy) dan karisma personalnya. Inilah yang Adi sebut sebagai ujian sesungguhnya. Pertanyaannya adalah apakah pengaruh personal tersebut cukup kuat untuk mengangkat sebuah partai non-parlemen sendirian, tanpa topangan kekuasaan istana.

Alasan PSI Memilih Jokowi dan Ujian Jokowi Effect 2029

Ahmad Ali juga mengungkit alasan PSI menjadikan Jokowi sebagai patron utama. Ali menegaskan bahwa PSI memilih Jokowi bukan karena statusnya sebagai mantan Presiden. Alasan pemilihannya lebih bersifat ideologis.

Menurut Ali, Jokowi hanyalah orang yang berasal dari kampung. Ia juga bukan keturunan raja atau elite politik lama. “Kalau kemudian kita perhatikan tagline PSI, partai super terbuka, dan kemudian menjadikan Pak Jokowi sebagai patron, bukan karena dia presiden, bukan karena beliau mantan presiden,” jelas Ali.

PSI tampaknya sangat yakin bahwa figur “orang biasa” yang berhasil memimpin Indonesia selama dua periode inilah yang bisa menyelamatkan nasib partai. “Sepertinya PSI sangat yakin bahwa yang bisa menyelamatkan PSI hanyalah Jokowi,” tambah Adi Prayitno dalam analisisnya.

PSI seolah mempertaruhkan seluruh masa depan partai pada satu figur. Mereka percaya bahwa Jokowi Effect 2029 masih akan sangat kuat.

Tantangan Jokowi Effect 2029 Pasca Kegagalan 2024

Janji Jokowi untuk “bertempur” di 2029 ini menjadi semakin menarik jika kita berkaca pada hasil Pemilu 2024. Saat itu, “Jokowi effect” sedang berada di puncaknya. Jokowi adalah presiden aktif, dan putranya sendiri, Kaesang Pangarep, menjabat sebagai Ketua Umum PSI.

Meskipun mendapat limpahan dukungan logistik dan citra yang sangat kuat dari Istana, PSI tetap gagal menembus ambang batas parlemen 4 persen. Kegagalan ini membuktikan bahwa “Jokowi effect” saja tidak cukup untuk menjamin kemenangan elektoral di level legislatif yang kompleks.

Kini, tantangan di 2029 akan jauh lebih berat. Pertama, Jokowi tidak lagi memiliki kekuasaan sebagai presiden. Ia tidak bisa lagi mengarahkan kebijakan atau sumber daya negara. Kedua, ia akan berhadapan dengan mesin-mesin politik yang jauh lebih mapan, termasuk PDI-P yang kemungkinan besar masih memegang basis massa kuat.

Ketiga, waktu lima tahun (2024-2029) adalah waktu yang sangat lama dalam politik. Apakah memori dan kepuasan publik terhadap kepemimpinan Jokowi masih akan sekuat itu? Atau, apakah publik akan lebih fokus pada pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto?

Janji Jokowi untuk PSI ini, oleh karena itu, menjadi sebuah pertaruhan besar. Bagi PSI, ini adalah satu-satunya harapan mereka untuk lolos ke Senayan. Bagi Jokowi, ini adalah pembuktian akhir atas warisan politiknya. Apakah Jokowi Effect 2029 (satu-satunya frasa bold di isi artikel) benar-benar magis, ataukah pengaruhnya akan memudar seiring berjalannya waktu?

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %