Retconomynow.com – (7 November 2025) — Kemenangan bersejarah politisi Muslim, Zohran Mamdani, dalam pemilihan wali kota New York City pada Selasa lalu langsung memicu gelombang kejut di kalangan elite bisnis kota tersebut. Taipan supermarket dan miliarder terkemuka, John Catsimatidis, tidak kuasa menahan kegelisahannya. Ia secara terbuka menyuarakan frustrasi John Catsimatidis atas terpilihnya wali kota sosialis demokrat tersebut. Pemicu utamanya adalah ancaman terhadap kerajaan bisnisnya melalui rencana Mamdani untuk membuka toko kelontong yang dikelola pemerintah.
Mamdani (34), yang menjadi Muslim pertama sekaligus orang termuda dalam lebih dari satu abad yang memimpin kota terbesar di AS, menang dengan agenda progresif yang radikal. Kemenangannya atas tokoh mapan Andrew Cuomo dan kandidat Republik Curtis Sliwa menandakan pergeseran seismik dalam politik New York. Namun, perayaan kemenangan ini langsung disambut dengan realitas pertarungan baru. Pertarungan ini adalah antara visi Mamdani tentang “keadilan ekonomi” dan ketakutan kaum elite akan apa yang mereka anggap sebagai “ancaman terhadap bisnis swasta”.
Kemenangan Bersejarah dan Mandat Progresif
Kemenangan Zohran Mamdani tidak bisa dianggap remeh. Putra dari sineas India Mira Nair dan cendekiawan Uganda Mahmood Mamdani ini berhasil meraih lebih dari 50 persen suara. Ia mengalahkan mantan Gubernur New York Andrew Cuomo, yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen dan hanya meraih lebih dari 40 persen suara. Kandidat Partai Republik, Curtis Sliwa, tertinggal jauh di belakang dengan 7 persen.
Mamdani berhasil membangkitkan semangat pemilih muda dan kelas pekerja. Kampanyenya yang ramah media sosial menarik hampir 100.000 relawan. “Terima kasih, New York City. Bersama-sama, kita telah menciptakan sejarah. Sekarang saatnya untuk bekerja,” katanya dalam pidato kemenangan. Kemenangan ini memberikan Mamdani mandat yang kuat untuk mengeksekusi janji-janji kampanyenya yang ambisius.
Akar Frustrasi John Catsimatidis: Perang Toko Kelontong
Titik api utama yang memicu frustrasi John Catsimatidis adalah janji kampanye Mamdani yang paling spesifik: mendirikan toko kelontong yang dikelola pemerintah kota. Rencana ini bertujuan untuk membuat harga bahan makanan lebih terjangkau dan mengatasi masalah kekurangan pangan (food deserts) di banyak wilayah. Rencana awalnya adalah meluncurkan lima toko percontohan milik pemerintah kota, satu di setiap wilayah (borough).
Mekanisme toko ini sederhana. Dengan memangkas biaya operasional besar yang harus ditanggung swasta, seperti sewa properti komersial yang selangit dan pajak, toko pemerintah ini diyakini dapat menjual makanan pokok dengan harga yang jauh lebih murah.
Bagi Catsimatidis, ini adalah deklarasi perang. Sebagai pendiri Red Apple Group, yang mengelola jaringan supermarket ikonik Gristedes dan D’Agostino’s, ia melihat rencana ini sebagai ancaman langsung. Dalam sebuah pernyataan pedas yang dikutip oleh The New York Post, Catsimatidis awalnya mengumpat dengan mengatakan, “Saya tidak peduli dengan toko kelontong.”
Namun, ia kemudian merinci ketakutannya. Para pemilik bisnis swasta berargumen bahwa toko kelontong sudah beroperasi dengan margin keuntungan yang sangat tipis, seringkali hanya 1-2 persen. Mereka yakin bahwa toko yang dikelola pemerintah, yang beroperasi tanpa beban biaya yang sama, dapat secara tidak adil melemahkan dan akhirnya menghancurkan bisnis swasta lokal.
Ketakutan yang Lebih Luas: Pajak Orang Kaya dan Eksodus Massal
Rencana toko kelontong bukanlah satu-satunya sumber frustrasi John Catsimatidis. Ketakutannya jauh lebih dalam, menyentuh seluruh fondasi ekonomi yang ia wakili. Ia sangat khawatir bahwa di bawah kebijakan Mamdani, kualitas hidup di New York akan memburuk drastis. Ia meramalkan akan terjadi eksodus massal bisnis dan penduduk kaya. “New York tidak mampu kehilangan lebih banyak orang,” katanya.
Kekhawatiran ini berakar pada pilar utama kedua dari platform Mamdani: kebijakan “Pajak Orang Kaya” yang menyeluruh. Mamdani telah mengusulkan:
- Pajak penghasilan tambahan sebesar 2 persen bagi penduduk kota yang berpenghasilan lebih dari USD 1 juta per tahun.
- Menaikkan tarif pajak penghasilan badan negara bagian menjadi sekitar 11,5 persen, agar setara dengan negara bagian tetangga, New Jersey.
Bagi Mamdani, ini adalah keadilan ekonomi. Namun, bagi Catsimatidis, ini adalah resep bencana yang akan membuat New York tidak kompetitif.
Keamanan Publik: Sumber Ketidakpastian Baru
Menambah frustrasi John Catsimatidis adalah agenda keamanan publik Mamdani yang dianggapnya lunak. Selama kampanye, Mamdani berjanji untuk mengevaluasi ulang anggaran kepolisian. Catsimatidis mengatakan bahwa dia “sangat prihatin” dengan ancaman Mamdani untuk memangkas jumlah personel kepolisian (NYPD).
Selain itu, Catsimatidis juga “waswas” dengan siapa yang akan ditunjuk oleh wali kota baru tersebut untuk mengisi jabatan hakim di seluruh kota. Kaum konservatif dan moderat khawatir bahwa Mamdani akan menunjuk hakim-hakim progresif yang akan memperlemah penegakan hukum dan memperburuk masalah keamanan publik yang telah melanda kota pasca-pandemi.
Visi Mamdani: Menagih Kaum Elit untuk Keadilan Ekonomi
Di sisi lain, Zohran Mamdani dan timnya melihat masalah ini dari sudut pandang yang sama sekali berbeda. Inti dari frustrasi John Catsimatidis adalah keengganan kaum elit untuk membayar bagian mereka yang adil. Bagi Mamdani, “Pajak Orang Kaya” bukanlah langkah hukuman, melainkan mekanisme pendanaan yang esensial.
Rencananya bertujuan untuk menghasilkan sekitar USD 9-10 miliar per tahun. Dana segar dalam jumlah besar ini sangat penting. Dana ini ia targetkan untuk mendanai perluasan layanan publik yang selama ini sangat didambakan oleh mayoritas warga New York. Layanan ini mencakup transportasi publik gratis, layanan penitipan anak universal, dan pembangunan perumahan yang terjangkau.
Pada akhirnya, pertarungan antara Mamdani dan Catsimatidis adalah pertarungan visi. Catsimatidis melihat pajak tinggi dan regulasi pemerintah sebagai parasit yang membunuh inisiatif swasta. Sebaliknya, Mamdani melihat kekayaan yang terkonsentrasi di puncak sebagai sumber daya yang belum dimanfaatkan, yang dapat digunakan untuk mengangkat jutaan warga kota dari kemiskinan dan kesulitan ekonomi. Kemenangan telak Mamdani menunjukkan bahwa untuk saat ini, para pemilih New York telah memilih visi keadilan ekonomi.
