Retconomynow.com – 31 Oktober 2025 – Sebuah bencana hidrometeorologi dahsyat tengah melanda Vietnam. Faktanya, banjir parah di Vietnam bagian tengah telah menewaskan sedikitnya 13 orang. Banjir ini dipicu oleh curah hujan ekstrem yang berlangsung selama beberapa hari terakhir. Akibatnya, kota-kota bersejarah yang menjadi Warisan Dunia UNESCO, seperti Hue dan Hoi An, kini terendam. Bahkan, jalan-jalannya berubah menjadi kanal. Peristiwa ini menjadi pengingat tragis akan meningkatnya kerentanan kawasan Asia Tenggara terhadap dampak perubahan iklim.
Skala Bencana: Kota-kota Bersejarah Berubah Menjadi Kanal
Laporan dan gambar-gambar yang dirilis oleh media pemerintah setempat menunjukkan skala kerusakan yang mengerikan. Dua kota yang paling parah terdampak adalah Hue, bekas ibu kota kekaisaran, dan Hoi An, kota pelabuhan kuno yang terkenal dengan arsitekturnya yang terawat baik. Di kedua kota ini, air berwarna cokelat keruh menggenangi sebagian besar jalanan, rumah, dan pertokoan.
Di Hoi An, yang biasanya ramai oleh wisatawan, jalan-jalan di kota tuanya kini benar-benar berubah menjadi “kanal”. Warga dan tim penyelamat terpaksa menggunakan perahu kecil untuk bernavigasi dan mengevakuasi mereka yang terjebak. Situasi ini tidak hanya melumpuhkan aktivitas ekonomi. Lebih dari itu, genangan air yang berkepanjangan juga mengancam kerusakan permanen pada bangunan-bangunan bersejarah yang terbuat dari kayu dan material rentan lainnya.
Kesaksian Warga: “Tidak Pernah Mengalami Banjir Setinggi dan Selama Ini”
Bagi penduduk setempat, banjir parah di Vietnam kali ini adalah sebuah anomali yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seorang warga berusia 58 tahun, Le Thi Ti, menyuarakan keterkejutannya. “Saya tidak pernah mengalami banjir setinggi dan selama ini seumur hidup,” katanya.
Menurutnya, banjir memang sudah menjadi bagian dari siklus kehidupan di wilayah tersebut, terutama selama musim badai yang biasanya berlangsung dari bulan Juni hingga Oktober. Akan tetapi, intensitas dan durasinya kali ini berada di luar kebiasaan. “Biasanya banjir hanya terjadi sekitar tiga hari, setelahnya kami baru bisa mulai membersihkannya,” imbuhnya. Kenyataan bahwa banjir kali ini berlangsung lebih lama menunjukkan adanya perubahan pola cuaca yang signifikan.
Di Balik Bencana: Curah Hujan Ekstrem dan Peran Perubahan Iklim
Vietnam memang negara yang sangat rentan terhadap badai dan banjir mematikan. Namun, para ahli meteorologi mencatat bahwa curah hujan tinggi tahun ini telah menyebabkan sungai-sungai utama di wilayah tengah mencapai titik tertinggi dalam 60 tahun terakhir. Level air yang ekstrem inilah yang menjadi penyebab utama meluapnya air ke permukiman warga.
Lebih jauh, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia telah memperburuk frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem di seluruh dunia. Pemanasan global menyebabkan lautan menjadi lebih hangat. Akibatnya, lebih banyak uap air yang menguap ke atmosfer. Uap air ekstra inilah yang kemudian menjadi “bahan bakar” bagi badai dan hujan yang lebih dahsyat. Dengan demikian, banjir parah di Vietnam ini bukan lagi sekadar bencana alam biasa. Justru, ini adalah sebuah tanda nyata dari krisis iklim yang sedang berlangsung.
Dampak Luas: Kerugian Manusia dan Ekonomi yang Merusak
Dampak dari bencana ini sangatlah luas dan merusak. Data awal dari pemerintah menunjukkan skala kerusakan yang mencengangkan.
- Perumahan: Lebih dari 128.000 rumah di lima provinsi Vietnam bagian tengah dilaporkan terendam. Bahkan, di beberapa area, ketinggian air mencapai hingga tiga meter.
- Pertanian dan Peternakan: Sektor pangan menjadi salah satu yang paling terpukul. Kementerian Lingkungan Hidup Vietnam mencatat lebih dari 5.000 hektare lahan pertanian hancur total. Selain itu, lebih dari 16.000 hewan ternak juga mati tersapu banjir.
- Infrastruktur: Beberapa kilometer jalan raya utama dilaporkan rusak parah atau tertutup total akibat banjir dan tanah longsor. Hal ini sangat menghambat upaya distribusi bantuan dan evakuasi.
Banjir parah di Vietnam kali ini menambah daftar panjang bencana alam yang melanda negara tersebut sepanjang tahun 2025. Selama sembilan bulan pertama tahun ini saja, berbagai bencana telah menewaskan atau menyebabkan hilangnya 187 orang. Data pemerintah juga menunjukkan kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai lebih dari 610 juta dolar AS (sekitar Rp 9,64 triliun).
Langkah ke Depan: Respons Darurat dan Tantangan Jangka Panjang
Saat ini, fokus utama pemerintah dan tim penyelamat adalah pada upaya evakuasi warga yang masih terjebak dan distribusi bantuan darurat, seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan. Namun, tantangan sesungguhnya akan datang setelah air surut. Proses pembersihan dan rekonstruksi akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang sangat besar.
Pada akhirnya, peristiwa ini harus menjadi momentum bagi Vietnam dan negara-negara lain di kawasan untuk secara serius meningkatkan sistem mitigasi bencana mereka. Ini mencakup perbaikan sistem peringatan dini, pembangunan infrastruktur pengendali banjir yang lebih tangguh, dan yang terpenting, upaya global yang lebih serius untuk mengatasi akar masalahnya: perubahan iklim. Jika tidak, bencana seperti banjir parah di Vietnam ini akan terus terulang dengan frekuensi dan intensitas yang semakin mengerikan di masa depan.
