Retconomynow.com – 30 Oktober 2025 – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Puan Maharani, hari ini menyerukan sebuah gerakan nasional perangi narkoba. Menurutnya, perang melawan narkotika tidak bisa lagi hanya menjadi tugas aparat penegak hukum. Sebaliknya, ini harus menjadi sebuah gerakan semesta yang melibatkan setiap lini masyarakat. Pernyataan tegas ini ia sampaikan saat menghadiri acara pemusnahan 214,84 ton barang bukti narkoba hasil sitaan Polri di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta. Di hadapan Presiden Prabowo Subianto dan jajaran pejabat tinggi negara, Puan menegaskan bahwa narkoba adalah ancaman paling serius terhadap masa depan generasi muda dan cita-cita Indonesia Emas 2045.
Simbol Penegakan Hukum dan Peringatan Keras bagi Bangsa
Acara pemusnahan barang bukti dalam skala masif ini menjadi sebuah simbol yang sangat kuat. Di satu sisi, ini adalah wujud nyata dari kerja keras dan komitmen Polri dalam memberantas jaringan narkotika. Puan Maharani secara khusus mengapresiasi konsistensi aparat dalam menghadapi musuh bangsa ini. Namun, di sisi lain, tumpukan barang bukti yang nilainya ditaksir mencapai triliunan rupiah ini juga merupakan sebuah potret yang mengerikan. Ini menunjukkan betapa masifnya upaya jaringan internasional untuk merusak Indonesia dari dalam.
“Pemusnahan ini bukan hanya simbol penegakan hukum, tetapi juga pengingat keras bagi kita semua bahwa narkoba adalah musuh bangsa,” ujar Puan. Ia memperingatkan, “Jika generasi muda kita terjerat narkoba, maka masa depan Indonesia akan terampas.” Oleh karena itu, ia menyatakan bahwa DPR RI akan terus memberikan dukungan penuh, baik dari sisi legislasi maupun anggaran, untuk memperkuat kebijakan pencegahan, rehabilitasi, dan pemberantasan narkoba.
Lebih dari Sekadar Penindakan: Membentengi Generasi Muda dari Akarnya
Meskipun mengapresiasi penindakan, Puan mengingatkan bahwa perang melawan narkoba tidak bisa dimenangkan hanya dengan penangkapan dan pemusnahan. Justru, akar masalahnya harus kita atasi. Ia menyerukan agar gerakan nasional perangi narkoba ini dimulai dari unit terkecil masyarakat.
“Kita harus membentengi anak-anak muda dengan pendidikan karakter, ketahanan moral, dan lingkungan sosial yang sehat,” katanya. Menurutnya, keluarga harus menjadi benteng pertahanan pertama. Setelah itu, sekolah harus menjadi ruang edukasi yang efektif tentang bahaya narkoba. Kemudian, komunitas dan lingkungan pergaulan harus mampu menciptakan kegiatan-kegiatan positif. Bahkan, di era digital, literasi untuk melawan propaganda narkoba di media sosial juga menjadi sangat krusial.
Puan secara spesifik menyoroti ancaman terhadap bonus demografi. Indonesia saat ini memiliki populasi usia produktif yang sangat besar. Ini adalah sebuah potensi emas. Akan tetapi, potensi ini bisa berbalik menjadi bencana jika generasi mudanya rusak oleh narkoba. “Jangan sampai bonus demografi yang kita miliki justru berubah menjadi bencana demografi karena narkoba,” tegas Puan.
Ancaman Nyata bagi Cita-cita Indonesia Emas 2045
Lebih jauh, Puan mengaitkan bahaya narkoba secara langsung dengan visi jangka panjang bangsa. Ia menjelaskan, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan sehat adalah fondasi utama untuk mencapai target Indonesia Emas 2045. Sementara itu, narkoba secara sistematis merusak fondasi tersebut.
“Penggunaan narkoba, khususnya oleh generasi muda, menjadi ancaman serius bagi perkembangan SDM yang sehat dan produktif,” ucapnya. Penyalahgunaan narkotika dapat menurunkan kinerja, merusak kesehatan fisik dan mental, serta menghancurkan kemampuan sosial seseorang. Pada skala makro, hal ini akan merusak ekonomi, moral, dan kualitas SDM Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, gerakan nasional perangi narkoba adalah sebuah keharusan. “Jangan pernah beri ruang bagi peredaran narkoba. Kita harus lindungi generasi muda dan masa depan bangsa Indonesia,” pesannya.
Data yang Mengerikan: Skala Masalah Narkoba di Indonesia
Seruan Puan ini didasari oleh data yang sangat mengkhawatirkan. Dalam kesempatan tersebut, ia memaparkan data pengungkapan kasus oleh Bareskrim Polri sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Angka-angka ini menunjukkan betapa gawatnya situasi saat ini.
- Jumlah Kasus: 38.934 kasus narkoba telah terungkap.
- Jumlah Tersangka: 51.763 orang telah ditetapkan sebagai tersangka.
- Profil Tersangka: Mayoritas adalah pria WNI (48.692 orang), diikuti wanita WNI (2.764 orang), dan bahkan ada 150 anak di bawah umur. Selain itu, ada 157 Warga Negara Asing yang turut ditangkap.
Meskipun Polri juga telah merehabilitasi 1.072 orang melalui pendekatan restorative justice, jumlah ini sangat kecil jika kita bandingkan dengan jumlah tersangka yang ditangkap. “Jaringan penyelundup narkotika internasional ini banyak sekali akalnya,” ucap Puan.
Skala Pemusnahan: Potret Kekuatan Jaringan Narkotika
Skala pemusnahan barang bukti hari ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kekuatan jaringan yang sedang Indonesia hadapi. Total 214,84 ton narkoba yang dimusnahkan terdiri dari berbagai jenis, dengan rincian:
- Ganja: 186,7 ton
- Sabu: 9,2 ton
- Ekstasi: 2,1 juta butir
- Obat Keras: 13,1 juta butir
- Dan berbagai jenis narkotika lainnya seperti kokain, heroin, hingga happy water.
Polri memperkirakan, dari pemusnahan barang bukti senilai Rp 29,37 triliun ini, mereka telah berhasil menyelamatkan sekitar 629 juta jiwa dari potensi penyalahgunaan. Angka yang luar biasa besar ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan pasar yang para bandar sasar.
Komitmen Lintas Lembaga di Bawah Komando Presiden
Acara ini juga menunjukkan sebuah komitmen bersama dari level tertinggi pemerintahan. Selain Puan Maharani, acara ini juga dihadiri langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Turut hadir pula Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Mensesneg Prasetyo Hadi, Seskab Teddy Indra Wijaya, serta para menteri dan kepala badan terkait. Kehadiran para pemimpin lembaga tinggi negara ini mengirimkan pesan bahwa gerakan nasional perangi narkoba bukanlah slogan kosong. Ini adalah sebuah komitmen nyata yang akan didukung penuh oleh seluruh kekuatan negara.
