Harapan Baru Pasien Kanker Hati: Mengenal Terapi Canggih Tanpa Operasi

kanker hati tanpa operasi
0 0
Read Time:3 Minute, 48 Second

Retconomynow.com – 20 Oktober 2025 – Sebuah harapan baru kini hadir bagi para pejuang kanker hati. Kemajuan teknologi kedokteran telah membuka pintu bagi pengobatan kanker hati tanpa operasi, sebuah terobosan yang menawarkan alternatif lebih aman dan minimal invasif. Kanker hati sendiri merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Faktanya, menurut Prof. Rino Alvani Gani, seorang ahli penyakit dalam terkemuka, kanker hati menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru-paru. Oleh karena itu, kehadiran terapi canggih seperti microwave ablasi menjadi angin segar yang sangat berarti.

“Silent Killer” di Indonesia: Hepatitis dan Ancaman Baru Perlemakan Hati

Untuk memahami pentingnya terobosan ini, kita perlu melihat betapa seriusnya ancaman kanker hati, terutama di Indonesia. Prof. Gani, dalam sebuah acara temu media, menyebutkan bahwa infeksi virus hepatitis (B dan C) secara historis masih menjadi penyebab utama kerusakan organ hati yang berujung pada kanker. Namun, sebuah tren yang mengkhawatirkan kini muncul. Kasus perlemakan hati (fatty liver) yang dipicu oleh gaya hidup modern kini angkanya terus meningkat sebagai penyebab kanker hati.

“Pola makan tidak sehat yang menyebabkan diabetes dan obesitas juga akan memicu perlemakan hati,” papar Prof. Gani. Menurutnya, jika kondisi perlemakan ini dibiarkan tanpa penanganan, dalam jangka waktu lama akan terjadi peradangan atau kerusakan hati kronis. Pada akhirnya, kondisi inilah yang dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker. Yang lebih berbahaya, kanker hati seringkali dijuluki sebagai “pembunuh senyap” (silent killer). Alasannya, penyakit ini seringkali tidak menimbulkan gejala apa pun pada tahap awal. Gejala baru muncul ketika penyakit sudah memasuki stadium lanjut, di mana opsi pengobatan menjadi sangat terbatas.

Keterbatasan Terapi Konvensional: Risiko di Balik Operasi

Hingga saat ini, tindakan operasi atau reseksi hati—di mana dokter memotong dan mengangkat bagian hati yang ditumbuhi tumor—masih menjadi standar emas pengobatan. Akan tetapi, metode ini memiliki sejumlah keterbatasan dan risiko. Tidak semua pasien merupakan kandidat yang ideal untuk operasi. Selain itu, ada sebuah paradoks biologis yang mengkhawatirkan.

“Setelah hati dipotong, organ ini akan beregenerasi dan tubuh melepaskan hormon pertumbuhan,” ujar Prof. Gani. “Seringkali sel kankernya juga ikut tumbuh.” Artinya, proses penyembuhan alami tubuh justru berpotensi memicu kembali pertumbuhan sel kanker yang mungkin masih tersisa. Dengan demikian, para ahli medis terus mencari modalitas terapi lain yang lebih efektif dan memiliki risiko kekambuhan yang lebih rendah.

Terobosan Pengobatan Kanker Hati Tanpa Operasi: Microwave Ablasi

Menjawab keterbatasan inilah, sebuah terobosan dalam pengobatan kanker hati tanpa operasi hadir, yaitu terapi microwave ablasi. Teknologi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari metode sebelumnya, radiofrekuensi ablasi. Prof. Gani menjelaskan bahwa microwave ablasi adalah sebuah prosedur untuk menghancurkan sel kanker dengan menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh gelombang mikro berfrekuensi tinggi.

Prosedur ini dilakukan secara minimal invasif. Artinya, tidak ada pembedahan besar yang diperlukan. “Ini dilakukan secara minimal invasif, yaitu jarum tipis akan dimasukkan tepat ke arah lokasi tumor,” jelasnya. Proses penusukan jarum ini tidak dilakukan secara buta. Justru, dokter akan menggunakan bantuan teknologi pencitraan canggih, seperti USG atau CT scan, untuk memandu ujung jarum agar tiba tepat di pusat tumor dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Setelah itu, gelombang mikro akan diaktifkan, menghasilkan panas dengan suhu yang sangat tinggi yang secara efektif “memasak” dan menghancurkan sel-sel kanker di sekitarnya.

Siapa Kandidat Ideal untuk Terapi Microwave Ablasi?

Meskipun sangat menjanjikan, terapi ini memiliki hasil paling optimal pada kelompok pasien tertentu. Menurut Prof. Gani, microwave ablasi akan memberikan hasil terbaik pada pasien kanker hati dengan ukuran tumor kurang dari 5 sentimeter. Pada ukuran ini, panas dari ablasi dapat menghancurkan seluruh massa tumor secara efektif.

Namun, bukan berarti pasien dengan tumor yang lebih besar tidak memiliki harapan. “Pada pasien dengan ukuran tumor yang lebih besar tetap bisa melakukan terapi ini dengan persyaratan tertentu,” katanya. Syarat tersebut antara lain adalah fungsi hati pasien yang secara keseluruhan masih baik. Selain itu, syarat lainnya adalah pasien tidak memungkinkan untuk menjalani modalitas terapi lain seperti operasi atau kemoembolisasi. Bahkan, jika jumlah tumornya banyak dan tersebar di beberapa lokasi, tindakan ablasi ini bisa diulang beberapa kali dalam sesi yang berbeda.

Kehidupan Setelah Ablasi: Pentingnya Pemantauan Berkala

Menjalani terapi ablasi bukanlah akhir dari perjalanan pengobatan. Justru, ini adalah awal dari fase pemantauan yang sangat penting. Prof. Gani menekankan bahwa setiap pasien yang telah menjalani tindakan ini harus berkomitmen untuk melakukan pemeriksaan berkala. “Setelah tindakan ablasi, pasien harus melakukan pemeriksaan berkala untuk mengecek apakah tumornya tumbuh lagi atau tidak,” katanya. Pemeriksaan ini biasanya meliputi tes darah untuk penanda tumor dan pemindaian pencitraan seperti CT scan atau MRI. Dengan demikian, jika ada tanda-tanda kekambuhan, dokter dapat segera mendeteksinya dan mengambil tindakan lebih lanjut. Pada akhirnya, kombinasi antara teknologi canggih dan kepatuhan pasien dalam melakukan pemantauan adalah kunci untuk meningkatkan angka harapan hidup.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %